Jumat, 11 September 2009

surat-surat dari maba untuk saya

Ø SURAT PERTAMA
U/ Kakak Rabian Syahbana
Dari Nur Zahrotun N
Assalamu’alaikum Warohmatulllahi Wabarokatuh.
Kakak Rabian Syahbana itu orangnya sangat lucu dibagian OPAK menjabat sebagai Dokumentasi. Kakak Rabian inimempunyai cirri rambutnya yang keriting. Kakak orangnya baik dan selalu tersenyum dan lucu. Kakak ini suka memfoto2 orang minta tanda tangan dia aja pakai acara foto-foto dan orang pingsan aja difoto sama kakak.
Nasehat saya pada kakak:
~ Jangan mengecewakan orangtua karena orangtua bersusah payah mencari nafkah demia anaknya.
~ Gapailah cita-cita kakak setinggi mungkin seperti apa yang diharapkan oleh kakak.
~ Jangan mudah menyerah dan putus asa setipa permasalahan pasti ada jalan menuju kesuksesan.
Cuma itu saja pesan saya buat kakak kalau ada kata2 nasehat saya yang kurang berkenan dihati kakak saya minta maaf. Karena kita sebagai manusia tidak luput dari kesalahan.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatruh.
Tanggapan dari saya sendiri:
Thanxs banget…. Tuk nasehat yang diberikan. Saya akan mengingat nasehat-nasehatnya dan menjadi orang yang sukses.

Ø SURAT KEDUA
Petaling, 19 Agutus 2009
Assalamu’alaikum Warohmatulllahi Wabarokatuh.
Hai… kak’ RABIAN SYAHBANA apa kabar? Semoga baik-baik saja Amin!! Dan semoga saja hari ini lebih baik daripada kemaren. Kak saya punya nama panggilan buat kakak yaitu kak’ Bian, gimana kak’? keren gak? Hehehe…
Dari awal pertama saya ikut OPAK pada tanggal 18 hari selasa kemaren saya melihat kakak sosok orang yang baik hati tapi mungkin hari pertama jadi Cuma tau segitu aja. Dan hari kedua Alhamdulilllah sudah tau sosok kakak sebenarnya. Simple yang saya tahu begitu simple. Nah kah dibaling dari kesimple kak ada juga pun kekurangan dan kelebihan dari sosok seorang kakak Bian. Kekurangan bakat adalah rambut kakak. Itu saya tidak suka RAMBUT kakak sungguh seperti bukan mahasiswa. Rambut kakak seperti Kak’ Kak bagusnya potong. Mungkin kakak begitu saying dan sangat disayangkan. Mungkinkah kak’ jadi sosok rapi sekali. Mungkin kakak merasa rapi bewibawa sekali. Apakah kakak tidak mau seperti itu. Rambut panjang seperti bukan mahasiswa. Malahan bagus tapi itu sangat risih sekali walaupun itu rambut kakak tapi itu hanya masalah rambut.
Kakak adalah kakak kami sebagai contoh kami massa sich kakak sebagai contoh berambut yang panjang. Tapi sebelumnya saya minta maaf sekalikepada kakak telah lancing berbicara seperti kata tadi. Mohon maaf yach kaka jangan mara yach tar sepat tua dan jangan lupa junjung tinggi kejujuran kita dan /keju- itu begitu itu adalah bakat.
Kakak Bian mohon maaf sebesar-besarnya mungkin kata-kata yang diatas sangatlah menyakiti perasaab kakak. Nach maka dari itu kita harus kompak dalam berdiskusi dan saya merasa kagum kepada kakak Bian dan semoga kakak sehat selalu, semakin berilmu, sekian terima kasih.
Wassalamu’alaikum WR.WB.
Ttd.
MUHAJIRAH
Tanggapan dari saya sendiri:
Sama-sama saya juga sebagai panitia mohon maaf sebesar-besarnya bila ada kata-kata/sikap yang menyinggung adik. Setelah saya membace surat nasehatmu saya menemukan satu pokok yang disinggung yaitu soal RAMBUT. Tenang aja kakak termsuk orang yang gak mau terlalu Nampak mahasisiwanya jadi memang sengaja serueknya. Jadi rambut emang sengaja dipanjang-panjangin jadi lebih tampak bukan mahasiswanya.hehehe…. jangan marah ya…. Nasehat a dak begitu didenger… AFWAN.
Ø SURAT KETIGA
Marhamah
To: Rabian Syahbana
Assalamu’alaikum Warohmatulllahi Wabarokatuh.
Dengan hormat,
Kakak Rabian yg saya hormati, sebelum saya memberikan beberapa nasehat untuk kakak, saya ingin mengucapkan banyak permintaan maaf buat kakak karena mungkin ada kata atau kalimat-kalimat dari saya yang menyinggung perasaan kakak agar tidak ada rasa dendam, marah, iri, benci kepada saya.
kakak Rabian menurut saya kakak kurang berinteraksi dg kami, cami, sehingga ada sebagian dari cami-cami yang kurang mengenal tentang kakak. Selain itu saya hanya sering melihat kakak hanya mondar-mandir dan menurut saya itu mengganggu pemandangan.
Saya ingin menyinggung sedikit tentang OPAK saya sangat mengharapkan agar kegiatan ini jangan dijadikan sebagai wadah balas dendam atas kelakuan yg telah kakak alami sebelumnya. Mungkin apa yang kakak alami di OPAK sebelumnya melebihi apa yang kami rasakan pada OPAK sekarang. Dan kami juga tdk mengerti dengan yang kakak rasakan. Tapi saya yakin kakak tidak akan melakukan hal itu. Karena saya rasa kakak orangnya baik, itu terlihat dari penampilan kakak, walaupun tidak boleh menilai org dari penampilannya.
Kakak Rabian yg terhormat, saya pernah melihat cami-cami yg minta tanda tangan harus difoto dulu oleh kakak. Saya rasa hal itu sama sekali tidak penting, alangkah lebih baiknya kalai kakak langsung menanda tangani buku pedoman orientasi pengenalan akademidan kemahasiswaan (OPAK). Kakak tolong juga jangan sering pake baju kaos kayaknya kurang rapi walaupun terlihat bagus dikenakan oleh kakak, apalagi dipadukan dengan jas almamater STAIN SAS BABEL, menurut saya lebih baik kakak memakai kemeja kotak/polos, itu akan membuat penampilan kakak kelihatan lebih rapi dgn postur kakak yang tdk terlalu tinggi.
o….. ya kakak saran saya kakak jangan sering senyum soalnya org yg sering senyum dimanapun dan kapanpun kakak berada, nanti kakak dikira org yang kurang waras. Kak kalau makan dikantin jangan lupa bayar. Kakak tidak maukan bila dikira maling. Kak kalau member tugas buat OPAK jangan yang susah**.
Kakak Rabian udah ya atas keritikan dan nasehat saya. Sekali lagi saya minta maaf sebesarnya-besarnya bila kata-kata saya yg salah serta membuat kakak kesal. Karena sebenarnya saya tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan kakak saya juga minta maaf karena tulisannnya jelek. Baiklah akhir kalam saya ucapkan.
Wassalamu’alaikum WR.WB.
Tanggapan dari saya sendiri:
Af1 kakak kurang berinteraksi ma cami karena kakak seksi dokumentasi jadi lebih banyak memfoto daripada ngomong. Selama kakak jadi panitia kakak tidak pernah memakai baju kaos, kakak selalu memakai baju kemeja jadi periksa mata ya… kakak emang orang yang murah senyum (katanya) jadi baguskan sekalian sedekah. Kalau masalah jajan kakak usahan bayar deh…….:-)

Ø SURAT KEEMPAT
Assalamu’alaikum WR. WB.
Menjumpai Kak Rabian Syahbana, maaf udah ganggu kakak. Pertama aku melihat kakak aku merasa biasa saja. Tapi setelah lama ada yang beda dengan diri kakak. Ketika aku melihat kakak jantungku berdetak-detak. Karena sifat kakak yang sangat baik yang tidak pernah mebentak-bentak kami. So pastinya tampan deh and tambah ok aja!
Namaku Maila tinggal di petaling. Tapi setelah beberapa hari aku mengikuti OPAK aku selalu memperhatikan kakak. Kalau tidak salah kakak murah senyum and imut-imut. Eh kenapa ya kak rambutnya keriting?
Ya udah biarpun rambutnya keriting yang penting orangnya baik hati dan tidak sombong dan rajin menabung he… btw kakak udah punya pacar belum? Kalau sudah selamat ya kak. Kalaubelum boleh ya aku daftar? Coz lagi jomblo sesaat. E he jadi malu ne.. bikin aku ngggak pede aja…. Ya udah ya kalau ada kata-kata aku yang salah. Cuma pengen kenalan ama kak Rabian aja. Makasih atas perhatiannya.
Wassalamu’alaikum WR.WB.
By: Maila
Tanggapan dari saya sendiri:
Lam kenal juga Maila..:-),., alhamdulilllah kalau kamu bilang kakak murah senyum ,., mudahan senyum ini bias kupertahankan terus. Kakak belum punya pacar karena ya…. Gimana githu belum ada yang mau sama kakak sih…. hehehe………

Makalah Psikologi Perkembangan

Makalah Psikologi Perkembangan
Tentang: Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal
Oleh: KELOMPOK V
NAMA : RABIAN SYAHBANA NIM : 0711059
Semester: IV
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahhirobbil alamin wasalatu wassalamuaalai’asysyrofil anbiya wal mursalina sayyidina Muhammad wa’ala alihi washobihi ajmain.
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa penyusun haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Pembahasan tugas kali ini, penulis mencoba membahas tentang mata kuliah pengelolaan pengajaran PAI untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pengampu mata kuliah psikologi perkembangan kepada kami. Kali ini kami mencakup pembahasan tentang perkembangan masa anak-anak awal.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna untuk itu tanggapan, teguran, dan kritikan serta saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan dari teman-teman. Penulis juga berharap tugas ini bermanfaat dan dapat dipergunakan untuk mahasiswa sekalian.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Petaling, 2009
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Meskipun dasar dari tugas perkembangan yang diharapkan sudah dikuasai anak sebelum masuk sekolah diletakkan selama masa bayi, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu 4 tahun yaitu selama periode awal masa kanak-kanak. Berikut tugas perkembangan masa anak-anak awal:1.Belajar memakan makananan padat. Sampai akhir masa bayi, anak sudah belajar memakan makanan padat dan keras serta telah mencapai tingkat stabilitas fisiologis yang cukup baik2.Belajar berjalanpada saat masa bayi berakhir, semua bayi normal telah belajar berjalan meskipun dalam tingkat kecakapan yang berbeda-beda.3.Belajar berbicarameskipun sebagian besar bayi telah menambah kosa kata dan telah mampu mengucapkan kata-kata, memahami arti kata dan perintah sederhana, mampu menggabungkan beberapa kata menjadi kalimat yang berarti, namun kemampuan mereka dalam berkomunikasi dengan orang lain untuk mengerti apa yang mereka katakan masih dalam taraf rendah. Masih banyak yang belum mereka kuasai selum masuk sekolah4.Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuhtugas pokok dalam belajar mengendalikan pembuangan kotoran sudah hampir sempurna dan akan sepenuhnya dikuasai dalam satu atau dua tahun lagi. 5.Mempelajari perbedaan jenis kelaminhanya sedikit bayi yang yang mengetahui perbedaan seks dan lebih sedikit lagi yang mengetahui tentang etika seks. 6.Mempersiapkan diri untuk membaca.Di akhir masa kanak-kanak awal anak harus sudah memasuki pendidikan formal dan mulai memasuki usia sekolah. Anak harus memiliki kesiapan untuk mengikuti aktivitas rutin di sekolah termasuk mengikuti pelajaran di sekolah seperti membaca.7. Mulai membedakan benar dan salah, mulai belajar mengembangkan hati nuranipengetauan tentang benar dan salah masih terbatas pada situasi rumah dan harus diperluas dengan pengertian benar dan salah dalam hubungannya dengan orang lain di luar rumah terutama dengan tetangga, sekolah dan teman bermain. Yang terpenting anak harus meletakkan dasar-dasar untuk mengembangkan hati nurani sebagai bimbingan untuk perilaku benar dan salah. Satu hal yang sulit bagi anak adalah belajar untuk membangun hubungan emosional yang lebih matang dengan orang tua, saudara-saudaranya dan orang lain. Hal ini disebabkan karena selama masa bayi hubungannya dengan orang lain diwarnai oleh ketergantungan emosional terutama dalam pemenuhan kebutuhan kasih sayang. Anak harus belajar memberi dan menerima kasih sayang, ia harus mulai berorientasi keluar daripada dirinya sendiri.[1]
RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui perkembangan masa anak-anak awal kita harus mengetahui beberapa masalah diantaranya:
a. Perkembangan Fisik apa saja yang ada pada perkembangan masa anak-anak awal?
b. Perkembangan Kognitif apa saja yang ada pada perkembangan masa anak-anak awal?
c. Perkembangan Psikososial apa saja yang ada pada perkembangan masa anak-anak awal?
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN MASA ANAK-ANAK AWAL
Perkembangan menunjukkan sesuatu proses tertentu, yaitu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.[2] Menurut kamus besar bahasa Indonesia awal adalah mula-mula (sekali); permulaan; yang mula-mula.[3] Masa adalah waktu; ketika; saat atau jangka waktu yang agak lama terjadinya suatu peristiwa penting atau bisa juga diartikan jangka waktu tertentu yang ada permulaan dan batasannya.[4]
Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai anak matang secara seksual, yakni kira-kira usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Selama periode ini (kira-kira 11 tahun bagi wanita dan 12 tahun bagi pria) terjadi sejumlah perubahan yang signifikasi, baik secara fisik maupun psikologi. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak akhir. Masa anak-anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari umur 6 tahun sampai saat anak matang secara seksual (Hurlock, 1980). Dalam bab ini hanya akan dibahas perkembangan masa anak-anak awal atau sering juga disebut masa prasekolah.
Pada usia 2-4 tahun, anak mulai memasuki kegiatan yang sifatnya berkaitan dengan moralitas. Kemerdekaan/kebebasan yang mestinya diberikan adalah kebebasan yang sifatnya tidak mengarah pada hal-hal yang dapat merugikan orang lain.[5] Dimulai usia 2 tahun sampai 4 tahun, pada tahapan ini anak baru mulai menggunakan pikiran dalam melihat suatu benda, untuk memahami obyek lingkungannya anak menggunakan simbol-simbol. Dalam hal ini anak sdah mampu melakukan tingkah laku simbolis, aktifnya anak tidak langsung bereaksi terhadap suatu objek yang berhubungan dengannya (stimulus-stimulus), tetapi berusaha untuk mengaktivitaskan internal, yaitu mulai mengikuti dan menanggapi apa yang dilakukan orang lain untuk dirinya maupun untuk orang lain -imitasi- begitu juga anak mampu melakukan tingkah laku berpura-pura.[6]
Menurut Yusuf (2002) pada masa usia prasekolah ini dapat diperinci menjadi dua masa, yaitu masa vital dan masa estetik; a) Masa Vital. Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya itu, tidaklah karena mulut sumber kenikmatan utama, tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi (penelitian) dan belajar. b) Masa Estetik. Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik di sini dalam arti bahwa pada masa ini, perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Kegiatan eksploitasi dan belajar anak terutama menggunakan panca inderanya, pada masa ini, indera masih peka, karena itu Montessori menciptakan bermacam-macam alat permainan untuk melatih panca inderanya. [7]
Seifert dan Haffnung membedakan tiga tipe (domain) perkembangan yaitu:
Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan biologis. Misalnya, pertumbuhan otak, otot, tulang serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan berkurangnya kekuatan otot-otot.
Perkembangan kognitif mencakup perubahan-perubahan dalam berpikir, kemampuan berbahasa yang terjadi melalui proses belajar.
Perkembangan psikososial berkaitan dengan perubahan-perubahan emosi dan identitas pribadi individu, yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan keluarga, teman-teman dan guru-gurunya. Ketiga domain tersebut pada kenyataannya saling berhubungan dan saling berpengaruh.[8]
A. Perkembangan Fisik
Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lamat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa anak-anak pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun keterampilan-keterampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.[9]
Tinggi dan Berat
Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci dan beratnya 21,5 kg (Mussen, Conger, dan Kagan, 1969). Ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, persentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin langsing sementara batang tubuh mereka makin panjang.
Perkembangan Otak
Di antara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa (Yeterian dan Pandya, 1988). Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan di antara deaerah-daerah otak.(Hal. 128)
Nutrisi dan stimulasi turut ambil peran membantu mengoptimalkan perkembangan otak anak. Nutrisi dan rangsangan (stimulasi) memadai mesti diberikan kepada bayi dalam dua tahun awal hidupnya supaya otak anak dapat tumbuh dan berkembang optimal. Jika hanya memberikan nutrisi tanpa stimulasi maka itu tidak akan mencukupi.[10]
Perkembangan Motorik.
Perkembangan fidik pada masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan-pelan, melompat berjingkrak, berlari kesana kemari, memanjat, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih halus dan bervariasi. Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik kasarKemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh.Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
Perkembangan motorik halusAdapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.[11]
Tabel Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal
Usia/Tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
2.5 – 3.5



3.5 – 4.5





4.5 – 5.5
Berjalan dengan baik; berlari lurus kedepan; melompat.


Berjalan dengan 80% langkah orang dewasa, berlari 1/3 kecepatan orang dewasa; melempar dan menangkap bola besar, tetapi lengan masih kaku.
Menyeimbangkan badan di atas satu kaki; berlali jauh tanpa jatuh; dapat berenang dalam air yang dangkal.
Meniru sebuah lingkaran; tulisan cakar ayam; dapat makan menggunakan sendok; menyusun beberapa kotak.
Mengancingkan baju,, meniru bentuk sederhana; membuat gambar sederhana.



Menggunting; menggambar orang; meniru angka dan huruf sederhana; membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak.
Sumber: Roberton & Halverson (1984)[12]

B. Perkembangan Kognitif
Sering dengan meningkatkannya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan situasi baru diasiosasiakn dengan art tang telah dipelajari selama masa bayi.
Perkembangan Kognitif Menurut Teori Piaget
Sesuai dengan teori kognitif Piaget, maka perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 himgga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan semakin melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Tetapi, sebagai “pra” dalam istilah “praoperasional”, menunjukkan bahwa pada tahap ini teori Piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran anak. Istilah “operasional” menunjukkan pada aktivitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya.[13]
Subtahap Prakonseptua (2-4 tahun)
Pada tahap subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk menggambarkan atau membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada (tidak terlihat) dengan sesuatu yang lain. Misalnya, pisau yang terbuat dari plastik adalah sesuatu yang nyata, mewakili pisau yang sesungguhnya.
Subtahap Intuitif (4-7 tahun)
Dalam subtahapini, meskipun aktivitas mental tertentu (seperti cara-cara mengelompokkan, mengukur atau menghubungkan objek-objek) terjadi, tetapi anak-anak belum begitu sadar mengenai prinsop-prinsip yang melandasi terbentuknnya aktivitas tersebut. Walaupun anak dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan aktivitas ini, namun ia tidak bisa menjelaskan alasan yang tepat untuk pemecahan suatu masalah menuurut cara-cara tertentu.
Jadi, walaupun simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses pealaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan tertentu.
Perkembangan Persepsi
Meskipun persepsi telah berkembang sejak awal kehidupan, namun hingga masa anak-anak awal atau prasekolah, kemampuan atau kapasitas mereka untuk memproses informasi masih terbatas. Kadang-kadang anak usia prasekolah dapat merasakan stimulus penglihatan dan pendengaran seperti yang dirasakan oleh orang dewasa, tetapi di lain waktu mereka tidak dapat merasakannya. Anak-anak prasekolah dapat membuat penilaian perseptual sederhana (seperti membedakan isi dari dua gelas tadi) sebagaimana yang dapt dilakukan oleh orang dewasa, sepanjang penilaian itu melibatkan memori atau reorganisasi kognitif yang relatif kecil. Tetapi penilaian yang membutuhkan pemikiran yang lebih kompleks, anak prasekolah sering mengalami banyak kesalahan dalam apa yang mereka lihat dan dengar. Hal ini karena perhatiannya dibelokkan jauh dari stimulus nyata kepada pemrosesan stimulus ini.[14]
Perkembangan Memori
Dibandingkan dengan bayi, mengukur anak-anak jauh lebih mudah, karena anak-anak telah dapat memberikan reaksi secara verbal. Meskipun demikian, tugas-tugas anak masih sangat sederhana, karena mungkin anak mengalami kesulitan dalam memahami perimtah-perintah dari tugas-tugas itu, dan mereka mungkin tidak mampu mengidentifikasi stimulus tertentu (seperti huruf-guruf alfabet). Berikut ini akan diuraikan beberapa komponen penting dari memori anak-anak usia prasekolah, terutama memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
Memori Jangka pendek
Dalam memori jangka pendek, individu menyimpan informasi selama 15 – 30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Memori jangka pendek ( short-term memory) ini sering diukur dalam rentang memori (memory span), yaitu jumlah item yang dapat diulang kembali dengan tepat sesudah satu penyajian tunggal. Menurut Matlin (1994), dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar atau dengan orang dewasa, anak yang lebih kecil lebih mungkin untuk menyimpan materi berupa visual dalam ingatan jangka pendeknya[15]
Memori Jangka Panjang
Pada umumnya anak-anak yang masih kecil memiliki kemampuan memori rekognisi (suatu kesadaran bahwa suatu objek, seseorang atau suatu peristiwa itu sudah dikenalnya, atau pernah dipelajarinya pada masa lalu) tetapi kurang mampu dalam memori recall (proses memanggil atau menimbulkan kembali dalam ingatan sesuatu yang telah dipelajari).


Perkembangan Atensi
Atensi (attention) atau perhatian merupakan sebuah konsep multidimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan cara-cara merespons dalam sisitem kognitif (Parkin, 2000). Atensi pada anak telah berkembang sejak masa bayi. Aspek-aspek atensi yang berkembang selama bayi ini memiliki arti yang sangat penting selama tahun-tahun prasekolah.[16]
Perkembangan Metakognitif
Sebagai anak yang mulai tumbuh menjadi lebih besar, mereka berusaha mengetahui tentang pikirannya sendiri, tentang bagaimana belajar dan mengingat situasi-situasi yang dialami setiap hari, dan bagaimana seseorang dapatr meningkatkan penilaian kognitif mereka. Para ahli psikologi menyebut tipe pengetahuan ini dengan metakognitif (metacognitif), yaitu tentang kognisi (Wellman,1988). Menurut Margaret W. Matlin (1994), metakognitif adalah “knowledge and awareness about cognitive processes –or our thoughts about thinking.” Jadi yang dimaksud dengan metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi atau kesadaran kita tentang pemikiran.[17]
Perkembangan Bahasa
Schaerlaekens (1977), membedakan perkembangan bahasa pada masa awal anak-anak ini atas tiga, yaitru periode pra-lingual (kalimat-satu-kata), periode lingual-awal (kalimat-dua-kata) dari 1 hingga 2,5 tahun, dan periode differensiasi (kalimat-tiga-kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecakapan verbal) (Monks, Knoers & Haditono,2001).
Unit dasar suatu bahasa adalah kata-kata. Tiap kata dibentuk dari fenom, yaitu suara yang berhubungan dengan huruf-huruf abjad. Setiap bahasa mempunyai aturannya sendiri, yng mengatur hubungan fenom; beberapa kombinasi diprbolehakan dan yang lain tidak. Dalam bahasa Inggris misalnya tidak ada kata-kata yang dimulai dengan ng, zb, atau tn, walaupun suara kombinasi ini terdapat dalam bahas lain. Untuk mengerti dan berkomunikasi anak-anak harus dapat mendengar, menghasilkan suara-suara tertentu dan kombinasi suara dari bahasa mereka seperti dilakukan orang dewasa.[18]
Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak-anak prasekolah, dapat digunakan indeks perkembangan bahasa yang dikembangkan oleh Roger Brown (1973), yang dikenal dengan Mean lenght of Utterances (MLU), yaitu sebuah indek perkembangan bahasa yang didasarkan atas jumlah kata dalam kalimat.[19]
Tabel Tahap-tahap Perkembangan Bahasa
Tahap
Usia/Bulan
Mean Lengh of Utterance (MLU)
Karateristik
Kalimat Khas
I



II





III






IV





V
12-26



27-30





31-34






35-40





41-46
1-2



2-2,5





2,5-3






3-3,75





3,75-50
Perbendaharaan kata terdiri atas kata benda dan kata kerja, dengan sedikit kata sifat dan kata bantu.
Kalimat-kalimat anak lebih kompleks, kata majemuk terbentuk, mereka menggunakan preposisi, kata kerja tidak beraturan, tensisi, bentuk jamak.
Muncul pertanyaan-pertanyaan “Ya-Tidak’, “siapa, apa, dimana”, kata-kata negatif (tidak) dan kata-kata imperatif (perintah-permohonan) digunakan.
Perbendaharaan kata meningkat, penggunaan tat bahasa lebih konsisten, mengaitkan kalimat yang satu di dalam kalimat yang lain.
Kalimat lebih kompleks dengan menggabungkan 2 atau lebih kalimat, kalimat-kalimat sederhana dan hubungan-hubungan proposisi terkoordinasi.
“Dada Mama”, “Dada Papa”, “Anjing besar”.

“boneka tidur”, “mereka cantik”, “susu habis”.



“Ayah pulang”, “Susi ngga mau susu”.




“Itu mobil yang baru ibu beli untukku”, “kukira itu merah”.

“Aku ke rumah Bob dan makan es krim”, “Aku mau kelinci karena lucu”.
Sumber: Santrock (1995); Lerner & Hultsch (19983)

C. Perkembangan Psikososial
Di samping perkembangan fisik dan kognitif masa awal anak-anak juga ditandai dengan perkembangan psikososial yang cukup pesat. Ada beberapa aspek penting perkembangan psikososial yang terjadi pada masa awal anak-anak, di antaranya permainan, hubungan dengan orang lain, dan perkembangan moral.
1. Perkembangan Permainan
Pemainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas lain. Para peneliti di Baylor College of Medicine menemukan bahawa apabila anak-anak jarang diajak bermain atau dibacakan buku perkembangan otaknya 20% atau 30% lebih kecil daripada ukuran normalnya pada usia itu.[20]
a. Fungsi Permainan
Permainan mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak. Hetherington dan Parke (1979), menyebutkan tiga fungsi utama dari permainan, yaitu:
Fungsi Kognitif Permainan membantu perkembangan kognitif anak. Melalui pemainan, anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.
Fungsi Sosial Permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak.
Fungsi Emosi Permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin. John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri.[21]
b. Jenis-jenis Permainan
para pakar teori kognitif mengidenfikasikan 4 macam permainan yang berkambang sejalan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif (Seifert dan Hoffnung, 1994). Keempat permainan itu adalah:
Permainan fungsional (Functional Play). Permainan fungsional terjadi selama periode sensorimotorik, yang ditunjukkan dengan gerakan yang diulang-ulang, seperi gerakan-gerakan tangan dan kaki pada bayi, dan da terfokus pada badan sendiri. Bagi anak-anak prasekolah, permainan fungsional terlihat ketika mereka berlali-lari di sekitar arena permainan tanpa suatu alasan yang jelas kecuali hanya kesenangan berlari semata.
Permainan Konstruktif (constructive play). Permainan konstruktif adalah suatu bentuk permainan dengan menggunakan objek-objek fisik untuk membangun atau membuat sesuatu.
Permainan Dramatik (dramatic play). Permainan dramatik adalah suatu bentuk permainan yang dilakukan secara berpura-pura; yang dimulai ketika anak dapat mensimbolisasi atau menghadirkan objek-objek secara mental.
Permainan dengan aturan (games with play). Permainan dengan aturan (games with rules) adalah permainan yang melibatkan aturan-atruran tertentu dan seringkali berkompetisi dengan satu atau lebih orang.
Bila dilingkungan tempat anak hidup membatasi kesempatan bermain dengan anak lain, minat terhadap teman bermain mulai berkurang dan minat lain akan menggantikannya.[22]
2. Perkembangan Hubungan dengan Orang Tua
Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh oang tua. Studi klasik tentang hubungan orang tua dan anak yang dilakukan oleh Diana Baumrind, 1972 (dalam Lerner dan Hultsch, 1983) merekomondasikan tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam tingkah laku sosial anak, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif.
a. Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting) adalah salah satu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersikap responsif, menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan.
b. Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting) adalah salah satu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntu anak untuk mengikuti perintah-perintang orang tua.
c. Pengasuhan permisif (permissive parenting) gaya pengasuhan permisif dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu pertama, pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat sangat telibat dalam kehidupan anak, tetapi menempatkan sedikit batas atau kendali atas mereka. Kedua, pengasuhan permissive-indifferent, yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.
Keadaan Sosio-Ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya itu sangat luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya.[23]
Sumber informasi terpenting bagi anak adalah orangtua, sebagai orangtua. menjawaban jawaban terhadap segala pertanyaan anak yang mana rasa ingin tahunya sedang berada di puncaknya ini akan menjadi informasi yang melekat kuat di dalam diri anak. Yang perlu diingat adalah sikap orangtua dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kesalahan sikap dalam menjawab akan mematikan rasa ingin tahu anak, dan akan menyebabkan anak menutup diri untuk menerima informasi-informasi dari luar.[24]
3. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Sejumlah penelitian telah merekomondasikan betapa hubungan sosial dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan anak. Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia diluar keluarga. Mereka menggunakan orang lain sebagai tolak ukur untuk membandingkan dirinya. Proses pembandingan sosial ini merupakan dasar bagi pembentukan rasa harga diri dan gambaran diri anak (Hetherington dan Parke, 1981).
4. Perkembangan Gender
Gender merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi perkembangan sosial pada masa awal anak-anak. Istilah gender dimaksudkan sebagai tingkah laku dan sikap yang diasiosisasikan dengan laki-laki atau perempuan. Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam perkembangan gender (Shepherd-Look, 1982). Pertama, anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender, yaitu ras laki-laki atrau perempuan. Kedua, anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki. Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah.
Anak prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atauwanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakkaan dirinya).[25]
a. Tren Perkembangan Gender Selama Masa Awal Anak-anak
Pada umumnya anak usia 2 tahun sudah dapat menerapkan lael laki-laki atau perempuan secara tepat atas dirinya sendiri dan orang lain. Meskipun demikian, pada usia ini anak belum memahami ketetapan gender (gender constancy). Konsepnay tentang gender lebih didasarkan pada ciri-ciri fisik, seperti pakaian, model rambut, atau jenis permainan.-
5 .Perkembangan Moral
Seiring dengan perkembangan sosial, anak0anak usia prasekolah juga mengalami perkembangan moral. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995).
Teori Psikoanalisa tentang Perkembangan Moral
Dalam menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah kepribadian yang terdiri atas aspek sosial yang berisikan sistem nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan “benar” atau “salahnya” sesuatu.
Teori Belajar-Sosial tentang Perkembangan Moral
Teori belajar sosial melihat tingkah laku moral sebagai respons atas stimulus. Dalam hal ini, proses-proses penguatan, penghukuman, dan peniruan digunakan untuk menjelaskan prilaku moral anak-anak. Bila anak diberi hadiah atas prilaku yang sesuai dengan aturan dan kontrak sosial, mereka akan mengulangi prilaku tersebut. Sebaliknya, bila mereka dihukum atas prilaku yang tidak bermoral, maka prilaku itu akan berkurang atau hilang.
Teori Kognitif Piaget tentang Perkembangan Moral
Teori Kognitif Piaget mengenai perkembangan moral melibatkan prinsip-prinsip dan proses-proses yang sama dengan pertmbuhan kognitif yang ditemui dalam teorinya tentang perkembangan intelektual. Bagi Piaget, perkembangan moral digambarkan melalui aturan permainan. Karena itu, hakikat moralitas adalah kecenderungan untk menerima dan menaati sistem peraturan. Berdasarkan hasil observasinya terhadap aturan-aturan permainan yang digunakan anak-anak, Piaget menyimpulkan bahwa pemikiran anak-anak tentang moralitas dapat dibedakan atas dua tahap, yaitu tahap heteronomous morality dan autonomous morality (Siefert & Hoffnung, 1994).
Teori Kohlberg tentang Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.
Tingkat dan Tahap Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
Tingkat
Tahap
1. Prakonvensional Moralitas
Pada level ini anak mengenal moralitas berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan, yaitu menyenangkan (hadiah) atau menyakitkan (hukuman). Anak tidak melanggar aturan karena takut akan ancaman hukuman dari otoritas.
2. Konvensial
Suatu perbuatan dinilai baik oleh anak apabila mematuhi harapan otoritas atau kelompok sebaya.
3. Pasca-konvensional
Pada level ini aturan dan intuisi dari masyarakat tidak dipandang sebagai tujuan akhir, tetapi diperlukan sebagai subjek. Anak menaati aturan untuk menghindari hukuman.

1. Orientasi Kepatuhan dan Hukuman
Pemahaman anak tentang baik dan buruk ditentukan otoritas. Kepatuhan terhadap aturan adalah untuk menghindari hukuman dan otoritasi.
2. Orientasi hedonistik-instrumental
Suatu perbuatan dinilai baik apabila berfungsi sebagai instrumen untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan diri.
3. Orientasi anak yang baik
Tindakan beriontrasi pada orang lain. Suatu perbuatan dinilai baik apabila menyenangkan bagi orang lain.
4. Orientasi keteraturan dan otoritas.
Perilaku yang dinilai baik adalah menunaikan kewajiban, menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban sosial.
5. Orientasi kontrol sosial-legalistik
Ada semacam perjanjian antara darinya dan lingkungan sosial. Perbuatan dinilai baik apabila sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
6. Orientasi kata hati
Kebenaran ditentukan oleh kata hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika universal yang bersifat abstrak dan penghormatan terhadap martabat manusia.

BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lamat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa anak-anak pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun keterampilan-keterampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat. Meliputi tinggi dan berat, perkembangan otak, dan perkembangan motorik.
Sering dengan meningkatkannya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan situasi baru diasiosasiakn dengan art tang telah dipelajari selama masa bayi. Meliputi perkembangan kognitif menurut teori piaget perkembangan persepsi, perkembangan memori, perkembangan atensi, perkembangan metakognitif, dan perkembangan bahasa.
Di samping perkembangan fisik dan kognitif masa awal anak-anak juga ditandai dengan perkembangan psikososial yang cukup pesat. Ada beberapa aspek penting perkembangan psikososial yang terjadi pada masa awal anak-anak, di antaranya permainan, hubungan dengan orang lain, dan perkembangan moral.

Saran
Berkaitan dengan pembahasan makalah ini, maka pemakalah sekaligus menyarankan agar: Melalui pembahasan makalah ini, pemakalah mengharapkan dari semua pihak, terutama aktifis STAIN SAS Bangka-Belitung untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Agar kedepannya makalah yang dibuat akan menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1) Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005
2) Baraja, Abu Bakar. Psikologi perkembangan Tahapan-tahapan dan Aspek-aspeknya. Jakarta: Studia Press. 2005
3) Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2005
4) Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT. Remaja rosdakarya. 2006
5) Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. 2004
6) Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 1987
7) Mussen, Paul Henry, dkk. Perkembangan dan Kepribadian Anak edisi keenam jilid satu. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. 1984
8) Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara. 2006
9) Siswono, ”Nutrisi dan Stimulasi Optimalkan Perkembangan Otak Anak”. (online) avaible: http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1202802711,8514 (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)
10) Sumantri, Mulyani. ”Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ”. (online) avaible: http://massofa.wordpress.com/2008/01/13/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/ (diakses pada tanggal 1 Mei 2009).
11) Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
12) Anonimus. ”Ciri-Ciri Masa Awal Kanak-Kanak”. (online) avaible: http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/ciri-ciri-masa-awal-kanak-kanak/ (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)
13) Anonimus. “ONLI : Makanan TERPENTING untuk Perkembangan Otak dan Kecerdasan Anak”. (online) avaible: http://info.balitacerdas.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=39 (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)
14) Anonimus. “Peran keluarga dan sekolah terhadap perkembangan emosi”. (online) avaible: http://aflah.wordpress.com/2008/01/31/peran-keluarga-dan-sekolah-terhadap-perkembangan-emosi/ (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)

15) Anonimus. ”Perkembangan anak”. (online) avaible: http://www.anneahira.com/kesehatan-anak/index.htm (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)
16) Anonimus. “Perkembangan masa anak-anak awal”. (online) avaible: http://onno95.blogspot.com/2008/03/perkembangan-masa-anak-anak-awal-early.html (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)
17) Anonimus. “Perkembangan otak anak dari membaca”. (online) avaible: http://tips-dunia-anak.blogspot.com/2008/01/perkembangan-otak-anak-dari-membaca.html. (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)

[1]Anonimus “Perkembangan masa anak-anak awal”, (online) avaible: http://onno95.blogspot.com/2008/03/perkembangan-masa-anak-anak-awal-early.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[2] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hal. 1.
[3] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 78.
[4] Ibid, Hal. 717.
[5] Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 81.
[6] Abu Bakar Baraja, Psikologi perkembangan Tahapan-tahapan dan Aspek-aspeknya, (Jakarta: Studia Press, 2005), hal. 40-41.
[7]Anonimus ”Ciri-Ciri Masa Awal Kanak-Kanak”, (online) avaible: http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/ciri-ciri-masa-awal-kanak-kanak/, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[8] Mulyani Sumantri, ”Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ”, (online) avaible: http://massofa.wordpress.com/2008/01/13/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[9] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2006), hal. 127.
[10]Siswono, ”Nutrisi dan Stimulasi Optimalkan Perkembangan Otak Anak”, (online) avaible: http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1202802711,8514, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[11]Anonimus ”Perkembangan anak”, (online) avaible: http://www.anneahira.com/kesehatan-anak/index.htm, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[12] Desmita, op. cit., hal. 129.
[13] Desmita, op. cit., hal. 130.
[14] Desmita, op. cit., hal. 133.
[15] Desmita, op. cit., hal. 135.
[16] Desmita, op. cit., hal. 136.
[17] Desmita, op. cit., hal. 137.
[18] Paul Henry Mussen, dkk, Perkembangan dan Kepribadian Anak edisi keenam jilid satu, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1984), Hal. 164.
[19] Desmita, op. cit., hal. 139.
[20]Anonimus “Perkembangan otak anak dari membaca”, (online) avaible: http://tips-dunia-anak.blogspot.com/2008/01/perkembangan-otak-anak-dari-membaca.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[21]Anonimus “Peran keluarga dan sekolah terhadap perkembangan emosi”, (online) avaible: http://aflah.wordpress.com/2008/01/31/peran-keluarga-dan-sekolah-terhadap-perkembangan-emosi/, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[22] Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1987), Hal.114.
[23] Dr. W.A. Gerungan, Dipl.Psych, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2004), Hal. 196
[24]Anonimus “ONLI : Makanan TERPENTING untuk Perkembangan Otak dan Kecerdasan Anak”, (online) avaible: http://info.balitacerdas.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=39, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[25] Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Hlm. 162-163

paradigma eksistensialisme

Makalah: Filsafat Ilmu
Oleh :
Nama : 1. Hendri syahputra NIM : 0711023
2. Rabian syahbana NIM : 0711059
3. Rudiansyah NIM : 0711066
Semester: IV
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulillahhirobbil alamin wasalatu wassalamuaalai’asysyrofil anbiya wal mursalina sayyidina Muhammad wa’ala alihi washobihi ajmain.
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa penyusun haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Pembahasan tugas kali ini, penulis mencoba membahas tentang mata kuliah filsafat ilmu untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah kepada kami. Kali ini kami mencakup pembahasan tentang paradigma eksistensialisme.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna untuk itu tanggapan, teguran, dan kritikan serta saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan dari teman-teman. Penulis juga berharap tugas ini bermanfaat dan dapat dipergunakan untuk mahasiswa sekalian. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Petaling, 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak banyak aliran filsafat yang mengguncang dunia; filsafat eksistensialisme adalah salah satu di antaranya. Nanti anda akan melihat bahwa filsafat ini tidak luar biasa, akar-akarnya ternyata tidak dapat bertahan dari berbagai kritik. Akan tetapi, isme ini termasuk isme yang membuat guncangan yang hebat. Setelah selesai Perang Dunia Kedua, penulis-penulis Amerika (terutama wartawan) berbondong-bondong pergi menemui filosof eksistensialisme, misalnya mengunjungi filosof Jerman Martin heidegger (lahir 1839) di gubuknya yang terpencil di Pegunungan Alpen sekalipun ia telah bekerja sama dengan Nazi. Takkala seorang filosof eksisitensialisme, Jean Paul Sartre (lahir 1905), mengadakan perjalanan keliling Amerika, dia disebut oleh orang Amerika sebagai the King of Existentialism. Bila cerita sandiwaranya dipentaskan, orang telah menyiapkan ambulans untuk mengangkut penonton yang jatuh pingsan. Demikianlah sekadar penggambaran kehebatan filsafat eksistensialisme. Sayangnya filsafat ini sulit dipahami oleh pemula.[1]
Eksistensialisme mengakui bahwa eksistensi mendahului esensi (hakikat). Sebagaimana Marxisme, eksistensialisme mengutamakan manusia sebagai individu yang bebas dan menghilangkan peranan Tuhan dalam kehidupannya. Eksistensialisme mengutamakan kemajuan dan perbaikan pribadi, berbeda dengan Marxisme yang mengutamakan perbaikan manusia dari segi sosial. Eksistensialisme yang ekstrim tidak hanya sampai pada ketidakpercayaan kepada Tuhan, bahkan menyerang Tuhan. Nietzsche, salah seorang tokoh eksistensialisme, dengan lantang mengatakan bahwa Tuhan telah mati dan dikubur. Karena itu, para penganut agama tidak perlu lagi takut akan dosa. Berbeda dengan Nietzsche, Soren Kierkegaard masih mengakui keberadaan Tuhan, bahkan puncak pemikirannya berakhir pada Zat Yang Mutlak, yaitu Tuhan. Tuhan, baginya, adalah tempat untuk menyerahkan segala kesejatian dan hidupnya. Soren Aabye Kierkegaard, salah seorang pelopor eksistensialisme, menekankan pembahasannya pada individu yang otonom dan menolak segala bentuk pengelompokan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paradigma Eksistensialisme
Paradigma adalah daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata atau model dulu teori ilmu pengetahuan atau bisa juga diartikan kerangka berpikir.[2] Pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah :1. Cara memandang sesuatu.2. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan.3. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu.4. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.
Dalam “The structure of Science Revolution”, Kuhn menggunakan paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan sejenis unsur dalam konstelasi itu dan pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa. Paradigma merupakan suatu keputusan yudikatif dalam hukum yang tidak tertulis.Secara singkat pengertian pradigma adalah Keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena). Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.[3]
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exiat yang berasal dari kata latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Pikiran semacam ini dalam bahasa Jerman disebut desain. Da berarti di sana, sein berarti berada. Berada bagi manusia selalu berarti di sana, di tempat Tidak mungkin ada manusia tidak bertempat. Bertempat berarti terlibat dalam alam jasmani, bersatu dengan alam jasmani. Akan tetapi, bertempat bagi manusia tidaklah sama dengan bertempat bagi batu atau pohon. Manusia selalu sadar akan tempatnya. Dia sadar bahwa ia menempati. Ini berarti suatu kesibukan, kegiatan, melibatkan diri. Dengan demikian, manusia sadar akan dirinya. Jadi, dengan keluar dari dirinya sendiri manusia sadar akan dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi.[4]
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa mengetahuai mana yang benar dan yang mana yang tidak benar.[5] Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan.[6] Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata eks yang berarti diluar dan sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.[7]
Eksitensi berarti keberadaan, akan tetapi di dalam filsafat eksistensialisme istilah eksistensi memiliki arti tersendiri. Tampaknya dalam filsafat eksistensialisme istilah eksistensi memiliki arti cara manusia berada dengan cara berada benda-benda, sebab benda-benda tidak sadar akan keberadaannnya sebagai sesuatu yang memiliki hubungan dengan yang lain, dan berada di samping yang lain. Secara lengkap eksistensi memiliki hubungan dengan yang lain, dan berada di samping yang lain. Secara lengkap eksistensi memiliki makna bahwa manusia berdiri sebagai dirinya dengan keluar dari diri sendiri. Maksudnya ialah manusia sadar bahwa dirinya ada. Dalam pemikiran ini jelas bahwa manusia dapat memastikan diri bahwa dirinya ada.
Amat sukar mengatakan apa eksistensialisme itu, karena di dalamnya terkandung beberapa aliran yang sungguh-sungguh tidak sama. sifat-sifat umum bagi penganut-penganut yang dinamai orang eksistensialisme itu:
Orang menyuguhkan dirinya (existere) dalam kesungguhan yang tertentu.
Orang harus berhubungan dengan dunia.
Orang merupakan kesatuansebelum adea perpisahan antara jiwa dan badan.
Orang berhubungan dengan ada.[8]
B. Lahirnya Eksistensialisme
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian, filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain. Ini berarti bahwa manusia yang berfilsafat senantiasa meninjau dirinya, misalnya ia mempersoalkan Tuhan atau dunia sekelilingnya, tetapi dalam hal seperti itu manusia sesungguhnya masih mempersoalkan dirinya juga. Bahwa dalam filsafat eksistensi manusia tegas-tegas dijadikan tema senteral, menunjukkan bahwa di tempat itu (barat) sedang berjangkit suatu krisis yamg luar biasa hebatnya (Beerling, 1966:211-12).
Secara umum eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena ketidakpuasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat pada masa yunani hingga modern, seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya pandangan tentang spekulatif tentang manusia. Intinya adalah Penolakan untuk mengikuti suatu aliran, penolakan terhadap kemampuan suatu kumpulan keyakinan, khususnya kemampuan sistem, rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademik dan jauh dari kehidupan, juga pemberontakan terhadap alam yang impersonal yang memandang manusia terbelenggu dengan aktifitas teknologi yang membuat manusia kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia yang bereksistensi.[9]
Sifat materialisme ternyata merupakan salah satu pendorong lahirnya eksistensialisme. Yang dimaksud dengan eksistensi ialah orang cara orang berada di dunia. Kata berada pada manusia tidak sama dengan beradanya pohon dan batu. Untuk menjelaskan arti kata berada bagi manusia, aliran eksistensialisme mula-mula mengahantam materialisme. Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi, cara beradanya tidak sama. Manusia berada di dalam dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon, batu, dan salah satu diantaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti.
Rene Le Scene, seorang existentialis, merumuskan kesalahan materalisme itu secara singkat: kesalahan itu ialah detotalisasi. De artinya memungkiri, total artinya seluruh. Maksudnya, memungkiri manusia sebagai keseluruhan. Pandangan materialisme itu belum mencangkup manusia secara keseluruhan. Pandangan Materialisme itu belum mencangkup manusia secara keseluruhan. Pandangan tentang manusia seperti pada materialisme itu akan membawa konsekuensi yang amat penting (Drijarkara, 1966:57-60). Lahirnya eksistensialisme merupakan salah satu dari konsekuensi itu.[10]
Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadap idealisme. Materalisme dan idealisme adalah dua pandangan filsafat tentang hakikat yang ekstrem. Kedua-duanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi keduaduanya juga salah. Eksistensialisme ingin mencari jalan keluar dari kedua ekstremitas itu. Materalisme memandang kejasmanian (materi) sebagai keseluruhan manusia, padahal itu adalah aspek manusia. Materialisme menganggap manusia hanyalah sesuatu yang ada, tanpa sebagai subjek. Manusia berpikir, berkesadaran; inilah yang tidak di sadari oleh materialisme. Akan tetapi, sebaliknya, aspek ini (berpikir, berkesadaran) dilebih-lebihkan oleh idealisme sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain pikiran.
Eksistensialisme dapat diidentifikasi melalui cirinya sebagai berikut;
eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat modern, khususnya terhadap idealisme Hegel.
Eksistensialisme adalah suatu proses atas nama individualis terhadap konsep-konsep, filsafat akademis yang jauh dari kehidupan konkret.
Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang imperasional (tanpa kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi, serta gerakkan masa. Masyarakat industri cenderung untuk menundukkan orang seorang kepada mesin.
Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter, baik gerakan fasis, komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan di dalam kolektif atau masa.
Eksistensialisme menekann situasi manusia dan prospek (harapan) manusia di dunia.
Eksistensialisme menekan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman kesadaran yang dalam dan langsung.[11]
C. Tokoh-tokoh Eksistensialisme
1. Soren Klerkegaard (1913-1855)
Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark pada 5 Mei 1813, sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, merupakan pedagang grosir yang menjual kain, pakaian, dan makanan. Ia menikahi Ane Sorendatter Lund, seorang pembantu yang tidak pernah memperoleh pendidikan; istri pertamanya meninggal dua tahun setelah pernikahan mereka.
Setelah mengenyam pendidikan di sekolah putra yang prestisius di Borgerdydskolen, ia melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Kopenhagen. Di sini pria yang bernama lengkap Soren Aabye Kierkegaard ini mempelajari filsafat dan teologi. Sejumlah tokoh seperti F.C. Sibbern, Poul Martin Moller, dan H.L. Martensen menjadi gurunya di sana.[12]
Suatu reaksi terhadap idealisme yang sama sekali berbeda dari reaksi materalisme ialah yang berasal dari pemikir Denmark yang bernama Soren Kierkegaard. Menurut Kierkegaard, filsafat tidak merupakan suatu sistem, tetapi suatu pengekspresian eksistensi individual. Karena ia menentang filsafat yang bercorak sistematis, dapat dimengerti mengapa ia menulis karyanya dengan menggunakan nama samaran. Dengan cara demikian, ia mencoba menghindari anggapan bahwa bukunya merupakan gambaran tentang fase-fase perkembangan pemikirannya. Dengan menggunakan nama samaran, mungkinlah ia menyerang pendapat-pendapatnya di dalam bukunya yang lain.
Pertama-tama Kierkegaard memberikan kritik terhadap Hegel. Ia berkenalan dengan filsafat Hegel ketika belajar teologi di Universitas Kopenhagen. Mula-mula memang ia tertarik dengan filsafat Hegel yang telah populer di kalangan intelektual di Eropa ketika itu, tetapi tidak lama kemudian ia melancarkan kritiknya.
Keberatan utama yang diajukan oleh Kierkegaard kepada Hegel ialah karena Hegel meremehkan eksistensi yang kongkret karena ia (Hegel) mengutamakan idea yang sifatnya umum. Menurut Kierkegaard, manusia tidak pernah hidup sebagai suatu “aku umum”, tetapi sebagai ”aku individual” yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalm sesuatu yang lain. Dengan demikian, Kiergaard memperkenalkan istilah “eksistensi” dalam suatu arti yang mempunyai peran besar pada abad ke-20. Hanya manusia yang mampu bereksistensi, dan eksistensi saya tidak saya jalankan satu kali untuk selamanya, tetapi pada setiap saat eksistensi saya menjadi objek pemilihan baru. Bereksistensi ialah bertindak. Tidak ada orang lain yang dapat menggantikan tempat saya untuk bereksistensi atas nama saya.
Meskipun melancarkan kritik yang sangat keras terhadap gereja, ia tetap berkunjung ke gereja. Tidak untuk menghadiri ibadah. Ia hanya duduk di luar gereja dengan tenang pada hari Minggu. Namun, ia tetap memberikan perpuluhan kepada gereja. Ketika ia hendak pulang ke rumah dengan uang terakhir yang dimilikinya, Kierkegaard terjatuh tak sadarkan diri. Ia dibawa ke rumah sakit dan meninggal lima minggu kemudian. Ia meninggal pada tanggal 11 November 1855. Pemakaman Kierkegaard tidak dihadiri oleh pendeta manapun. Hanya dua orang sepenting Peter, saudara laki-lakinya yang telah menjadi uskup, dan dekan dari sebuah katedral.[13]
Menurut Parkay (1998) aliran eksistensialisme terbagi dua bersifat theistik (bertuhan) dan atheistik. Salah satu tokoh aliran eksistensialisme bersifat atheistik adalah Friedrich Nietzche.
2. Friedrich Nietzsche
Menurutnya manusia yang berkesistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.
Nietzsche, tidak saja menolak wujud Tuhan, tetapi juga menyerang Tuhan. Dengan mematikan Tuhan, demikian Nietzsche, manusia baru bisa bebas berbuat dan bertindak. Sebab, selama ini manusia selalu dikungkung oleh nilai-nilai agama, seperti pahala dan dosa. Dia bebas untuk menentukan nasibnya dan menjadi manusia super. Manusia super, demikian Nietzsche adalah tujuan manusia yang sempurna, lawannya adalah manusia budak yang tidak memiliki ambisi. Kebajikan utama adalah kekuatan, yang kuatlah yang menang dan segala yang baik harus kuat. Sebaliknya, yang lemah pasti buruk. Perang, menurutnya, adalah gejala yang wajar untuk menentukan siapa yang terkuat dari berbagai bangsa.
Menurut Nietzsche, pikiran-pikiran tentang persamaan derajat manusia atau antar bangsa adalah mustahil dan bertentangan denga kodrat alam. Manusia, demikian Nietzsche , harus dilihat dalam konteks yang selalu berbeda dengan yang lain. Adanya usaha untuk menyamakan manusia, seperti demokrasi, sebenarnya menentang kodrat alam secara diferensiasi. Manusia secara kodrati memiliki kemampuan yang berbeda.
Untuk membebaskan pikiran manusia dari ide tentang Tuhan, menurut Niestzche, seseorang tidak harus menyalahkan bukti-bukti yang menduga adanya Tuhan. Dia harus menyerang nilai-nilai kristen yang merendahkan derajat manusia dan menggantikannya dengan nilai yang mulia dan agung. Dengan kemauan yang keras, manusia harus membebaskan dirinya sendiri dari nilai-nilai Tuhan yang membebani. Ateisme dimata Nietszche, bukanlah masalah spekulatif, tetapi lebih merupakan sesuatu pengukuhan eksistensial.
Untuk menjadi benar-benar agung, demikian Nietszche, manusia harus gencar mengumandangkan kematian Tuhan. ”kita telah membunuh Tuhan”, tulis Nietszche, dalam suatu kesadaran mistis. ”Perbuatan ini terlalu agung bagi kita. Karena itu, tidak perlukah jika sebagai akibat dari tindakan ini, kita sendiri menjadi dewa-dewi?”, jerit Nietszche.
Tuhan yang dibunuh oleh Nietzsche adalah tuhan ’akibat’ bukan tuhan ’sebab’. Tuhan sebagai pencipta alam tidak disinggung olehnya karena memang tidak mendatangkan hasil bagi kehidupan. Yang ditentengnya adalah tuhan orang Eropa yang menyengsarakan rakyat, dan menjadikan rakyat penurut dan penakut. Seandainya ada ’tuhan’ yang sesuai dengan ide Nietzsche, tentu dia mengakuinya. Dan untuk itu dia memang menciptakan tuhan sendiri yang bernama Zarathustra, yaitu dirinya sendiri.[14]
3. Jean Paul Sartre (1905-1980)
Tokoh eksistensialisme sesudah Nietzsche adalah J.P Sartre, abad 20. menurut pengakuannya, dia kehilangan kepercayaan ketika berumur 11 tahun. Tuhan, demikian Sartre, tidak merupakan hal yang sangat jelas bagi dia, sehingga dia menganggap sama sekali tidak ada gunanya untuk menyelidiki dan membukukan kesalahan argumen tradisional dan modern tentang eksistensi Tuhan. Dia menganggap bahwa tuhan hanya merupakan proyeksi dari jiwa manusia. Hipotesa tentang tuhan tidak diperlukan untuk mewujudkan dan memahami eksistensi manusia. Baik tuhan ada atau tidak ada tidak mengubah kondisi nyata manusia, tulis Sartre. Sebab, seandainya tuhan ada, manusia sama sekali tidak berarti; seandainya manusia ada sebagai pelindung par excellence, paling sempurna dari tatanan nilai-nilai moral dan rasional yang mapan. Tuhan harus ditolak atas nama kemerdekaan. Alasannya adalah bahwa manusia tidak akan menjadi bebas bila ada satu tatanan nilai yang absolut dan universal.
Kemerdekaan manusia, menurut Sartre, adalah mutlak dan sekaligus merupakan suatu hukuman, sebagaimana pohon dihukum menjadi pohon, manusia dihukum menjadi bebas. Dibalik kebebasan itu, manusia dituntut bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab itu meliputi kemanusiaan secara umum sebab dia dituntut memilih berbagai kemungkinan yang tersedia. Disinilah letaknya, seseorang yang memilih diliputi dengan kecemasan atas tanggungjawab.
Pada tanggal 15 april 1980 dunia filsafat dikagetkan oleh berita meninggalnya seorang filosof besar prancis, tokoh paling penting filsaat eksistensialisme, yaitu Jean Paul Sartre. Dialah yang menyebabkan eksistensialisme menjadi tersebar, bahkan menjadi semacam mode, sekalipun pendiri eksistensialisme bukanlah dia, melainkan Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855) (Kaufmann, 1976:192).
Jean Paul Sartre lahir di Paris pada tahun 1905 dan meninggal pada tahun 1980. Ia belajar pada Ecole Normale Superieur pada tahun 1924-1928. setelah tamat dari sekolah itu pada tahun 1929 ia mengajarkan filsafat di beberapa Lycess, baik di Paris maupun di tempat lain. Dari tahun 1933 sampai tahun 1935 ia menjadi mahasiswa peneliti pada Institut Francais di Berlin dan di Universitas Freiburg. Tahun 1938 terbit novelnya yang berjudul La Nausee, dan Le Mur terbit pada tahun 1939. sejak itu muncullah karya-karyanya yang lain dalam bidang filsafat. Pada tahun 1943 ia menyelesaikan bukunya yang terkenal L’Etre et Le Neant, dan pada tahun 1960 terbit bukunya, Critique de la Raison Dialectique (diambil dari Encyclopedia of Philosophy, 7-8, 1967:287-288).[15]
Bagi Sartre, eksistensi manusia mendahului esensinya. Pandangan ini amat janggal sebab biasanya sesuatu harus ada esensinya lebih dulu sebelum keberadaannya. Filsafat eksistensialisme membicarakan cara berada di dunia ni, terutama cara berada manusia. Dengan perkataan lain, filsafat ini menempatkan cara wujud-wujud manusia sebagai tema sentral pembahasannya. Cara itu hanya khusus ada pada manusia karena hanya manusia bereksistensi. Binatang, tetumbuhan, bebatuan memang ada, tetapi mereka tidak dapat disebut bereksistensi (Drijakara, 1966:57). Filsafat eksistensialisme mendamparkan manusia ke dunianya dan menghadapkan manusia kepada dirinya (Hassan:9).
Sartre adalah filosof ateis. Itu dinyatakannya secara terang-terangan. Konsekuensi pandangan ateis itu ialah tuhan tidak ada, atau sekurang-kurangnya manusia bukanlah ciptaan tuhan. Oleh karena itu, konsepnya tentang manusia ialah manusia bukan ciptaan Tuhan. Bagi Sartre, karena manusia itu penggada yang sadar (letre-pour-soi), persoalannya menjadi rumit. Pertama ia sadar. Dari sini muncul tanggung jawab. Karena tanggung jawab, manusia harus menentukan. Dari sini timbul kesendirian (kesepian), lalu rasa takut muncul. Kemudian Sartre menambahkan lagi: dari kesadaran itu muncul penyangkalan (neantiser). Manusia itu selalu menyangkal.
Jean Paul Sarte membedakan rasio analitis. Rasio analitis dijalankan dalam ilmu pengetahuan. Rasio dialektis harus digunakan, jika kita berfikir tentang manusia, sejarah, dan kehidupan sosial. Rasio terakhir ini bersifat dialektis, karena terdapat identitas dialektis antara Ada dan pengetahuan. Di sini ada tidak dilahap oleh pengetahuan (seperti halnya idealisme), tetapi pengetahuan termasuk Ada, artinya pengetahuan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam Ada. Rasio ini dialektis larena objek yang diselidikinya bersifat dialektis dan juga karena ia sendiri ditentukan oleh tenpatnya dalam sejarah.[16]
Sebagian besar buku sartre berisi uraian yang tajam dan sinis tentang hubungan antarmanusia: relasi antara kesadaran yang satu dengan kesadaran yang lain. Apa yang terjadi antara manusia dengan manusia, dalam instansi yang terakhir ialah revalitas dan konflik. Menurut Sartre ada dua kemungkinan hubungan antarmanusia itu: menjadi subjek atau menjadi objek, memakan atau dimakan (Drijarkara:89).
Sartre memulai filsafatnya dengan menjelaskan hakikat eksistensi manusia: eksistensi manusia mendahului esensinya. Mulainya manusia bereksistensi ialah sejak ia mengenal dirinya dan dunia yang dihadapinya. Itu berarti bahwa ia telah berkesadaran. Dari kesadaran itu muncullah tanggung jawab. Karena bertanggung jawab, maka manusia harus memilih, menentukan, memutuskan. Itu dilakukannya sendirian. Timbullah rasa kesendirian, sepi, lalu takut. Takut itu tidak jelas objeknya, tidak jelas takut pada apa. Ini tentu menjadi penderitaan.
Kehidupan bersama diperlikan, tetapi ada bersama itu merupakan neraka bagi manusia. Dilema lagi. Memang filsafat Sartre penuh -kalau bukan seluruhnya- oleh dilema. Sebenarnya kekacauan filsafat Sartre disebabkan oleh pandangannya yang ateis. Apa yang tidak dapat diselesaikannya itu sesungguhnya diselesaikan dalam teisme. Filsafat Sartre bentrokan dengan realitas, buah pikiran Sartre memuat pandangan-pandangan yang bagus. Akan tetapi dasar-dasarnya tidak tahan uji.
4. Karl Jaspers, Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif itu, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.
5. Martin Heidegger, Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena itu benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan mereka.[17]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Paradigma adalah daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata atau model dulu teori ilmu pengetahuan atau bisa juga diartikan kerangka berpikir. Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa mengetahuai mana yang benar dan yang mana yang tidak benar.
Lahirnya eksistensialisme tidak dapat dilepaskan dari situasi Eropa pada waktu itu, yaitu mulainya abad pencerahan dan munculnya proses massifikasi oleh berbagai institusi, baik agama maupun negara. Pemikiran yang radikal tentang manusia ini tidak lain adalah reaksi atas titik ekstrim yang terjadi waktu itu. Titik ekstrim tersebut, seperti keabsolutan nilai, opini umum, dan hilangnya ketunggalan manusia dalam kelompok yang direkayasa. Jadi, eksistensialisme tidak saja sebagai pemikiran filsafat murni, tetapi juga reaksi atas keadaan institusi sosial yabg begitu mapan.
Karena itu, eksistensialisme tidak perlu dikhawatirkan oleh kaum agama dikawasan lain karena situasinya berbeda. Yang perlu diwaspadai adalah apabila suatu pemikiran atau nilai terlalu diabsolutkan, maka reaksi akan muncul dari berbagai pihak.

[1] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 217-218
[2]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 828.
[3]Anonimus, “Shift paradigma Thomas Kuhn”, (online) avaible: http://loekisno.wordpress.com/2008/02/07/shift-paradigm-thomas-kuhn/, diakses pada tanggal 30 April 2009.
[4]Ahmad Tafsir, OP Cit, hal. 218.
[5] Departemen Pendidikan Nasional, Op Cit, hal. 288.
[6]Anonimus, “Eksistensialisme”, (online) avaible: http://id.wikipedia.org/wiki/Eksistensialisme, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[7]Anonimus, “Berkenalan dengan Eksistensialisme”, (online) avaible: http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/07/01/eksistensialisme/, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[8] Sudarsono, Ilmu Filsafat, (Jakarta: rineka Cipta, 2008, Jakarta), hal. 344-345.
[9] Berkenalan dengan Eksistensialisme, Op Cit.
[10]Ahmad Tafsir, Op Cit, Hal. 220.
[11] Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 93.
[12]Anonimus, “Soren Kierkegaard: Filsuf Eksistensialis yang Menantang Gereja”, http://biokristi.sabda.org/soren_kierkegaard_filsuf_eksistensialis_yang_menantang_gereja, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[13] Ibid.
[14] Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 155.
[15] Ahmad Tafsir, Op Cit, hal. 224.
[16] Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Op Cit, hal. 92.
[17] Berkenalan dengan Eksistensialisme, Op Cit.

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
TENTANG: Metode Dan Stratergi Pembelajaran, Media Pembelajaran, Dan Evaluasi Belajar
KELOMPOK VI
NAMA : 1. RABIAN SYAHBANA NIM : 0711059
2. RUDIANSYAH NIM : 0711066
3. ALISA SORAYA NIM : 0711017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulillahhirobbil alamin wasalatu wassalamuaalai’asysyrofil anbiya wal mursalina sayyidina Muhammad wa’ala alihi washobihi ajmain.
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa penyusun haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Pembahasan tugas kali ini, penulis mencoba membahas tentang rancangan pembelajaran untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah kepada kami. Kali ini kami mencakup pembahasan tentang metode dan stratergi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi belajar.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna untuk itu tanggapan, teguran, dan kritikan serta saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan dari teman-teman. Penulis juga berharap tugas ini bermanfaat dan dapat dipergunakan untuk mahasiswa sekalian.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Petaling, November 2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut pengertian modern,rancangan pembelajaran meliputi segala aspek kehidupan dan lapangan hidup manusia dalam masyarakat modern ini yang dapat dimasukkan ke dalam tanggung jawab sekolah,yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan pribadi murid serta memberi sumbangan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.Rancangan pembelajaran meliputi metode dan stratergi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi belajar.
Dari pengertian tersebut diatas jelaslah bahwa rancangan pembelajaran bukan hanya tercantum di dalam buku, melainkan mencakup semua kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rancangan pembelajaran sekolah di arakan untuk mencapai tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan harus sejalan dengan tuntunan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui rancangan pembelajaran maka kita harus mengetahui beberapa aspek yang berhubungan dengan rancangan pembelajaran diantaranya:
1. Metode dan stratergi apa saja yang digunakan dalam rancangan
pembelajaran?
2. Media pembelajaran apa saja yang termasuk dalam rancangan
pembelajaran?
3. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi belajar?
C. TUJUAN
Dengan mempelajari apa yang dimaksud dengan rancangan pembelajaran kita dapat mengetahui dengan lebih pasti apa itu rancangan pembelajaran.Kita juga akan jauh lebih mengenal bermacam-macam metode dan stratergi dalam sebuah rancangan pembelajaran.Selain itu kita akan lebih mengenal media-media yang termasuk kedalam rancangan pembelajaran.Dan terakhir kita dapat mengevaluasi rancangan pembelajaran.setelah kita mengetahui semuanya maka kita sebagai mahasiswa dapat menerapkan yang kita peroleh dalam kehidupan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode dan stratergi pembelajaran
1. Metode pembelajaran
Metode Psikologi Pendidikan
Kebanyakan psikolog menganggap kegeiatan belajar-mengajar manusia adalah topik paling penting dalam studi psikologi. Demikian pentingnya arti belajar sehingga nyaris tak satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari belajar. Namun, perbedaan persepsi, (pemahaman atas dasar tanggapan) mengenai arti dan seluk-beluk belajar selalu muncul dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi berikutnya.
Istilah dari metode berasal dari kata methodos yang berasal dari yunani yang berarti jalan atau cara. Dalam filsafat dan ilmu pengetahuan metode artinya cara memikirkan dan memeriksa suatu hal yang menurut rencana tertentu. Didalam dunia pengajaran metode adalah suatu rencana penyajian yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach tertentu.jadi metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan approach bersifat filosofis/aksima. Karena itu dari suatu approach dapat tumbuh metode memikri-memoriasi (memon), metode pattern-practice (pola-pola praktis), metode lainnya mengutamakan kemampuan berbahasa, khususnya kemampuan berbicara (bahasa lisan) melalui latihan intensif (drill). Cognitive cove learning theory melahirkan metode gramatika terjemahan yang mengutamakan penguasa kaidah tata bahasa dan pengetahuan tentang bahasa.[1]
Pada umumnya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologis di bidang kependidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seperti : a) eksperimen; b) kuesioner; c) Studi kasus; d) Penyelidikan klinis; dan e) Observasi naturalistic. Di samping lima macam metode diatas , H.C. Witherington menyebut satu metode lagi yang bernama metode filosofis atau spekulatif.[2]
A. Metode Eksperimen
Dalam penelitian eksperimental objek yang akan diteliti dibagi kedalam dua kelompok, yakni: 1) kelompok percobaan (eksperimental group); 2) kelompok pembanding (control group).
B. Metode Kuesioner
Penggunaan metode kuesioer dalam riset-riset sosial termasuk bidang psikologi pendidikan relative lebih menonjol bila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode lainnya. Gejala dominasi (penguasaan/kemenonjolan) penggunaan metode ini muncul karena lebih banyak sample yang bias dijangkau disamping unit cost (biaya satuan) perrresponden lebih murah.
C. Metode Studi Kasus
Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenal aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu.
D. Metode Penyelidikan Klinis
Sasaran yang akan dicapai oleh penelitian dengan metode klinis terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidak normalam perilaku seorang siswa atau sekelompok kecil siswa. Kemudian, berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan tersebut.
E. Metode Observasi Naturalistik
Metode Observasi Naturalistik (naturalistic observation) adalah sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.
Metode-metode Penyelidikan Dalam Psikologi
A. Metode Filosofis
Metode yang bersifat filosofis ini dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:
1. Metode Intuitif
2. Metode Kontemplatif
3. Metode Yang Bersifat Filosofis Religius
B. Metode Empiris
Agus Sujanto (1981:10) membedakan metode yang bersifat empiris menjadi empat bagian, yaitu:
(1) Metode observasi,
a. Intropeksi
b. Ektrospeksi
(2) Metode pengumpulan bahan,
a. Metode Angket
b. Autobiografi (Riwayat Hidup)
c. Pengumpulan Hasil Kerja
(3) Metode Eksperimen,dan
(4) metode Klinis.[3]
Untuk menarik perhatian peserta didik seseorang guru harus memiliki beberapa metode-metode yang efektif diantaranya seperti:
1. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
2. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
3. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
4. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.[4]
2. STRATERGI PEMBELAJARAN
Stratergi pembelajaran ini umum disebut dengan stratergi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif.Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasikan aktifitas pembelajaran.dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menentukan ide pokok dari materi kuliah, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.[5]
Untuk menerapkan metode dan stratergi pembelajaran perlu diperhatikan juga proses-proses dalam belajar.selain itu kita juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang memepengaruhi perilaku belajar mengajar. Secara fundamental Dollar dan Miller (Loree, 1970:1360) menegaskan bahwa keefektifan perilaku belajar itu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:
a. Adanya motivasi (drives), siswa harus menghendaki sesuatu (the learner must want something).
b. Adanya perhatian dan mengetahui sasaran (cue), siswa harus memeperhatikan sesuatu (the learner must notice something)
c. Adanya usaha (response), siswa harus melakukan sesuatu (the learner must do something)
d. Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) siswa harus memperoleh sesuatu (the learner must get something).[6]
B. Media pembelajaran
Pengertian media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti ‘tengah’,’perantara’,atau ‘pengantar’. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gerlach dan Ely (1871) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat manusia mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.Secara garis khusus, pengertian media dalam proses belajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.[7]
Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa Indonesia “ilmu”)
Menurut Webster (1983: 105), “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observesi. Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:
Perluasan konsep tentang media, di mana teknologi bukan sekedar benda,alat,bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan menajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu. (Achsin, 1986: 10)
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan cirri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal
sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat,
didengar, atau diraba dengan pancaindera.
2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televise), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder).
7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
A. Landasan Teoretis Pengguna Media Pendidikan
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan prilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner (1966: 10-11) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami dengan langsung membuat ‘simpul’. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya pada tingkatan symbol, siswa membaca (atau mendengar) kata ‘simpul’ pada image mental atau mencocokannya dengan pengalamannya membuat ‘simpul’. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh ‘pengalaman’ (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.
C. Ciri-Ciri Media Pendidikan
Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efesien) melakukannya
a. Ciri Fiksatif (fixative property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.
b. Ciri Manipulatif (Manipulative property)
Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulatif
c. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
C. Fungsi Dan Manfaat Media Pendidikan
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertaiteks materi pelajaran. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fumgsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dwlam teks dan mengingatnya kembali. Berbagai menfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985: 3-4) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral di kelas sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut:
1. Penyimpanan pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelejaran yang melihat atau mendengar penyajian meelalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tefsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan uantuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
2. Pembelajaran bias menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keuntungan pesan, daya terik image yang berubah-ubah, penggunaan efekkhusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berfikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
5. Kualatas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.
6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8. Peran guru dapat berubah kea rah yang lebih positif; beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa.
D. Pengenalan Beberapa Media
Berdasarkan perkembanga teknologi tersebut, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyimpan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis,.Teknologi cetak memiliki ciri-ciri berikut:
a. Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang;
b. Baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseftif;
c. Beks dan visual ditampilkan statis (diam);
d. Pengembangannya sangat tergantung pada prinsip-prinsip kebahasan dan presepsi visual;
e. Baik teks maupun visual berorientasi (berpusat) pada siswa;
f. Informasi dapat diatur kembali atau ditata ulang oleh pemakai.
Teknologi audio-visual cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual.Ciri-ciri utama audio-visual adalah sebagai berikut:
a. Mereka biasanya bersifat linear;
b. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis;
c. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya;
d. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau abstrak;
e. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif;
f. Umumnya mereka berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.
Teknonlogi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan meteri dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor beberapa cirri media yang dihasilkan teknologi berbasis computer (baik pernagkat keras maupun perangkat lunak) adalah sebagai berikutr:
a. Mereka dapat digunakan secara acak, non-sekuensial, atau secara linar;
b. Mereka dapat digunakan berlandaskan keinginan siswa atau berdasarkan keinginan perncang/pengembang sebagaimana direncanakannya;
c. Biasanya gagasan-gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, symbol, dan grafik;
d. Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini;
e. Pembelajaran dapat beriorentasi siwa dan melibatkan interaktivitas siswa yang tinggi.
Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyamoaikan materi yang menggambungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Beberapa ciri utama teknologi berbasis komputer adalah sebagai berikut:
Ia dapat digunakan secara acak, sekuensial, secara linear;
Ia dapat digunakan sesuai dengan keinginan siswa, bukan saja dengan cara yang direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya;
Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistic dalam konteks pengalaman siswa, menurut apa yang relevan dengan siwa, dan di bawah pengendalian siswa;
Prinsip ilmu kognitif dan konstuktivisme diterapkan dalam pengembangan dan penggunaan pelajaran;
Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan dikuasai jika pelajaran itu digunakan;
Bahan-bahan pelajaran melibatkan banyak interaktivitas siwa;
Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari beberapa sumber.
Pengelompokkan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels dan Glaslow (1990:181-183) dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.
1. Pilihan media tradisional
a. Visual diam yang diproyeksikan
b. Visual yang tak diproyeksikan
c. Audio
d. Penyajian multimedia
e. Visual dinamis yang diproyeksikan
f. Cetak
g. Permainan
h. Realia
2. Pilihan Media Teknologi Mutakhir
a. Media berbasis telekomunikasi
b. Media berbasis mikroprosesor
Pemilihan media
Pada tingkat yang menyeluruh dan umum pemilihan media dapat digunakan dengan mempertimbangkan factor-faktor berikut:
1. Hambatan penembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor-faktor dana, fasilitas dan peralatan yang telah tersedia, waktu yang tersedia (waktu mengajar dan pengembangan materi dan media), sumber-sumber yang tersedia (manusia dan material).
2. Persyaratan isi, yugas, dan jenis pembelajaran.
3. Hambatan dari sisi siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal.
4. Pertimbangan lainnya adalah tingkat kesenangan dan keefektifan biaya.
5. Media sekunder harus mendaopat perhatian karena pembelajaran yang berhasil menggunakan media yang beraga.
Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsipm psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalampemilihan dan penggunaan media adalah ebagai berikut:
1. Motivasi
2. Perbedaan individual
3. Tujuan pembelajaran
4. organisasi isi
5. Persiapan sebelum belajar
6. Emosi
7. Partisipasi
8. Umpan balik
9. Penguatan (reinforcement)
10. latihan dan pengulangan
11. Penerapan
Ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media diantaranya:
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Tepat untuk mendukung isi pelajarean yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, atau generalisasi.
Praktis, luwes, dan bertahan.
Guru terampil menggunakannya.
Pengelompokkan sasaran.
Mutu teknis.

Pemilihan media pembelajaran
Arief S. Sukadi (1986 : 83), mengemukakan bahwa mwedia pengajaran ditinjau dari segi kesiapan pengadaannya dapat dikelompokkan kepada dua jenis, yaitu : 1) Media jadi (media by utilization), 2) Media rancangan (media by design). Disebut media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran dan dijual secara bebas dan dalam keadaan siap pakai.[8]
- Prosedur pemilihan media
Sebagaimaa yang dikemukakan oleh Arif S Sadiman (1986:86),ada 3 model yang dapat dijadikan prosedur dalam pemilihan media yang akan digunakan, yakni:
1. Model flowchart, model ini mengunakan system penguguran (eliminasi) dalam pengambilan keputusan pemilihan.
2. Model Matrix, berupa penangguhan proses pengambilan keputusan pmilihan sampai seluruh criteria pemilihannya diidentifikasi.
3. Model Checlist, yang menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan.
Pengembangan media pembelajaran
Pengertian pengembangan media pembelajaran yang dimaksud adalah suatu usaha penyusuan program media pembelajaran yang lebih tertuju pada perencanaan media.Sehubungan dengan pengembangan media pelajaran ini, Arief S. Sadiman, dkk. Mengemukakan urutan langkah-langkah yang perlu diambil dalam mengembangkan program media, sebagai berikut :
1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
2. Merumuskan tujuan instruksional (instructional objective) secara operasional dan jelas.
3. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang dapat mendukung tercapainya tujuan.
4. Mengembangkan alat ukur keberhasilan.
5. Menulis naskah media.
6. Mengadakantes dan revisi.
Penggunaan media
Ada beberapa prinsip-prinsip penggunaan dan pengembangan media pembelajaran. Media pembelajaran tersebut yaitu Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, dan lain-lain), media berbasis cetakan (buku, penuntun, buku kerja,latihan, dan lembaran lepas), media berbasis visual (buku,charts,grafik,peta, figur/gambar, transparansi, film bingkai atau slide), media berbasis audio-visual (video, film,slide bersama tape,televisi), dan media berbasis computer (pengajaran dengan bantuan computer dan video intetktif).
Pengembangan media
Salah satu kriteria yang sebaiknya digunakan dalam pemilihan media adalah dukungan terhadap isi bahan pelajaran dan kemudahan memperolehnya.. Apabila media yang sesuai belum tersedia maka guru berupaya untuk mengembangkannya sendiri. Media tersebut meliputi media berbasis visual ( yang berupa gambar,chart, grafik, transparansi, dan slide), media berbasis audio-visual (video dan audio-tape),dan media berbasis komputer (komputer dan video interaktif).
E.Evaluasi media pembelajaran
Evaluasi sepeti ini di uraikan pada bab terdahulu marupakan bagian integral dari suatu proses instruksional diukur dari dua aspek, yaitu (1) bukti-bukti empiris mengenai hasil belajar siswa yang dihasilkan oleh system instruksional, dan (2) bukti-bukti yang menunjukkan berapa banyak kontribusi (sumbangan) media atau media program terhadap keberhasilan dan keefektivan proses instruksional. Evaluasi tentang kedua aspek tersebut masih terasa sulit untuk dikerjakan untuk saat ini karena seringkali program media tidak bekerja sebagai bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran.
Tujuan evaluasi media pembelajaran berkaitan dengan pernyataan-pernyataan diatas yaitu:
Menentukan apakah media pembelajaran itu efektif.
Menentukan apakah media itu dapat diperbaiki atau ditingkatkan
Menetapkan apakah media itu cost-effective dilihat dari hasil belajar siswa.
Memilih media pembelajaran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses belajar di dalam kalas.
Menentukan apakah isi pelajaran sudah tepat disajikan dengan media itu.
Menilai kumampuan guru menggunakan media pembelajaran.
Mengetahui apakah media pembelajaran itu benar-benar memberi sumbangan terhadap hasil belajar seperti yang dinyatakan.
Mengetahui sikap siswa terhadap media pembelajaran
C. Evaluasi belajar
1. Definisi Evaluasi
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Kata evaluasi adalah assessment yang menurut Tardif dkk., (1989), berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa seuai dengan criteria yang telah ditetapan. Selain kata evaluasi dan assessment ada pula kata lain yang searti dan relative lebih dikenal dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan.[9]
2. Tujuan dan fungsi evaluasi
a. Tujuan Evaluasi
- Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu.
- Untuk mengetahui posisi atau kedidikan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
- Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar
- Untuk mengetahui hingga sejauh mana sisw telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.
- Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan dalam proses mengajar belajar (PMB).
b. Fungsi evaluasi
- Fungsi administrasi untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian rapor
- Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan
- Fungsi diagnostic untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan)
- Sebagai sumber data BP yang dapt memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan (BP)
- Sebagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat untuk proses PMB
c. Ragam evaluasi
1. Pre-test dan post-test
2. Evaluasi prasyarat
3. Evaluasi diagnostic
4. Evaluasi formatif
5. Evaluasi sumatif
6. Ujian akhir nasional (UAN)
d. Ragam alat evaluasi
-Bentuk objektif (Tes benar-salah,Tes piihan berganda,Tes pencocokan (menjodohkan), Tes lisan, Tes pelengkapan (melengjapi)
- Bentuk subyektif
e. Syarat alat evaluasi
Persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif psikologi belajar (The psychology of learning0 melalui dua macam, yakni: 1) reliabilitas; 2) Validitas (Cross,1974;Barlow,1985;Butler,1990). Persyaratan lain seperti obyektif, diskriminatif, dan sebagainya.
f. Evaluasi pelbagai ranah psikologis
a. Evaluasi prestasi kognitif
b. Evaluasi prestasi afektif
Kedudukan evaluasi didalam kurikulum dan pengajaran
- Pengertian evaluasi dalam pengajaran
Dalam arti luas, evaluasi adalah proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan (Mehrens dan Lehmann, 1987:5).[10] Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.Daklam hubungan dengan kegiatan pengajaran. Norman E. Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: “Evaluation….a systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils”.(Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.).
Sedikitnya ada tiga aspekyang perlu diperhatikan untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi, khususnya evaluasi penajaran, yaitu:
1. Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis.
2. Di dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut ojek yang sedang dievaluasi.
3. Setiap kegiatan evaluasi – khususnya evaluasi pengajaran – tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan pengajaran yang hendak dicapai.
Fungsi evaluasi dalam proses belajar-mengajar,yaitu
1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tinkat keberhasilan program pengajaran.
3. Untuk keperluan Bimbingan dan konseling.
4. Unuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Ciri-ciri program evaluasi yang baik
1) Desain atau rancangan program evaluasi itu komprehensif
2) Perubahan-perubahan tingkah laku individu harus mendasari penilaian pertumbuhan dan perkembangannya.
3) Hasil-hasil evaluasi harus disusun dan dikelompok-kelompokan sedemiian rupa sehingga memudahkan interpretasi yang berarti.
4) Program evaluasi haruslah berkesinambungan dan saling berkaitan (interrelated) dengan kurikulum.
Untuk mengukur kesesuaian, efisiensi, dan kemantapan (consistency) suatu alat penilaian atau suatu tes diperguakan bermacam-macam kualitas seperti Validitas, keandalan, objektivitas, dan kepraktisan (practicability).
Belajar mengurutkan apa yang telah kita lakukan, kita katakan, kita rasakan selama ini. lalu kita pahami, kita telaah, kita evaluasi. berapa perbandingan antara yang baik dan tidak baik, salah dan benar. bagiku adalah merupakan sebuah proses menuju perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya.hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan esok harus lebih baik dari hari ini.menurutku secara sadar lebih sulit untuk mengubah salah menjadi benar daripada mengubah benar menjadi salah.Dan terkadang menurutku juga secara sadar lebih sulit menjalankan hidup ini dengan apa adanya dan menjadi diri sendiri daripada menjalankan hidup ini dengan ada apanya dan menjadi orang lain dalam diri sendiri.memahami, menikmati dan mensyukuri bagiku adalah sebuah cara belajar untuk ke arah yang lebih baik dalam hidup ini, baik untuk diri sendiri, keluarga ataupun kepada orang lain.[11]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pembahasan makalah ini, maka dapat kami ambil kesimpulan bahwa para rancangan pembelajaran mempunyai peran yang samgat penting dalam sebuah pendidikan dikarenakan pembahasan yang terdapat di rancangan pembelajaran meliputi metode dan stratergi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi belajar. Stratergi dan metode pembelajaran sangat penting untuk peserta didik karena mereka bisa menerapkan berbagai macam cara untukmeningkatkan kualitas belajar peserta didik.Media pembelajaran juga mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran karena bagaimana mungkin sebuah rancangan pembelajaran bias efektif tanpa ada media yang digunakan dalam sebuah rancangan pembelajaran.Evaluasi belajar juga memiliki peran yang sangat penting karena dengan melakukan evaluasi belajar kita dapat mengetahui seberapa besar manfaat dari metode,stratergi, dan media pembelajaran yang telah kita pilih sebelumnya.
B. SARAN
Berkaitan dengan pembahasan makalah ini, maka pemakalah sekaligus menyarankan agar:
Melalui pembahasan makalah ini, pemakalah mengharapkan dari semua pihak, terutama aktifis STAIN SAS Bangka-Belitung untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Agar kedepannya makalah yang dibuat akan menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawir, Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, 2002, Jakarta:Ciputat Pers.
Syah,Muhibbin, Psikologi Belajar, 2003, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada..
Syamsuddin Makmun,Abin, Psikologi Kependidikan Perangkat system Pengajaran Modul, 1996, Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Baharuuddin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoretis Terhadap Fenomema, 2007, -:Ar-Ruzz Media.
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, 2000, Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Zaini,Hisyam, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, 2007, Yogyakarta:CTSD.
Arsyad,Azhar, Media Pebelajaran, 2006, Jakarta:Rajawali Pers.
Purwanto,Ngalim, Prinsip-Prinsip Dan Tenik Evaluasi Pengajaran, 2006, Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Luzyawati,Lezy, Metode Pembelajaran Paling Anyar, 2008, www.google.com.
Web Master,Kurikulum Dan Stratergi Pembelajaran, 2007, www.google.com.
M.Subana,Sunarti, Stratergi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Bandung:Pustaka Setia
[1] M.Subana,Sunarti, Stratergi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung:Pustaka Setia),Hal. 20
[2] Muhibbin syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya),2000,hal.28
[3] Baharuddin,Psikologi Pendidikan Refleksi Teoretis Terhadap Fenomena,(-:Ar-Ruzz Media),2007,Hal.31
[4] Lezy Luzyawati, Metode Pembelajaran Paling Anyar, (www.google.com), 2008
[5] Hisyam Zaini,Dkk, Stratergi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:CTSD), 2007, Hal.XVI
[6] Abin Syamsuddin makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat system Pengajaran Modal,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya),1996,Hal.164
[7] Azhar arsyad, Media Pemelajaran, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada), 1997, Hal.3
[8] Asnawir,Media Pembelajaran,(Jakarta:Ciputat Pers),2002,hal.123-124
[9] Muhibbin syah, Psikologi Belajar,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada),2002:hal.195
[10] Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya), 2006, Hal. 3
[11] Web master, Kurikulum Dan Stratergi Pembelajaran,(www.google.com),2007