Selasa, 19 Oktober 2010

TOLONG, AJARI AKU TENTANG DUNIA


Panah pendek hitam didalam lingkaran di pojok dinding itu terhenti di angka 4 sedangkan panah panjang hitamnya terhenti sebentar di angka 12 mereka berdua mengambil nafas sejenak. Mereka berdua tidak memperdulikan jarum merah panjang yang terus-menerus berlari marathon di dalam lingkaran bulat yang sama dengan mereka. Ya.. itulah nasib menjadi jarum jam yang harus tetap menentukan waktu, karena setiap saat akan ada sepasang mata melirik ke angka-angkanya. Perlahan-lahan terdengar halus rangkaian lirik-lirik lagu dari speaker kecil didalam bagian kotak, yang jaman sekarang disebut dengan nama heandphone atau lebih keren disingkat HP. Sebuah lagu nasyid yang menceritakan tentang peristiwa subuh di pagi hari. Mulailah sayup-sayup terdengar:
“Tabuh berbunyi gemparkan malam sunyi, Berkumandang suara azan, Mendayu memecah sepi, Selang seli sahutan ayam”
Tanganku dengan sigap memegang HP itu dan dengan intuisi menekan tombol berhenti. Hening sejenak dan tubuhku yang berselimut mulai bangkit untuk menertawakan setan-setan yang terus membisikkan kata "tidurlah lagi". Dengan menggarukkan mata sejenak aku berangkat dari kasur empukku menuju kamar mandi untuk bersiap-siap menunaikan ibadah sholat subuh di mesjid depan gang rumahku.
Jam yang telah berhenti sejenak itu melanjutkan perjalanannya lagi dan kali ini terhenti di angka 9. Hari ini hampir sama dengan hari-hari sebelumnya.. ya hampir sama kecuali matahari yang lebih semangat menghujani tumbuhan-tumbuhan fotosintesis dengan sinarnya yang menyilaukan mata kucing persiaku. Di angka itulah aku memulai kegiatanku yang lainnya yaitu kuliah. Aku memilih kuliah di kampus yang dekat dengan rumahku dan disana bukan hal sulit untuk mendapatkan teman karena aku orang yang sangat mudah bergaul. Aku pergi ke kampus dengan berjalan kaki sambil menikmati keindahan yang masih bisa ternikmati di kiri dan kanannya.
"Hei…!! J-J… apa kabarmu?". Seorang laki-laki datang dan memeluk pundakku dari belakang. "Hei juga Bebe.. kabarku masih juga terlihat seperti dulu bisa dikatakan LUAR BIASA…!!". "HAHAHA…..". Kami tertawa bersama-sama dan langsung menuju kelas. Kau tahu teman hidupku sangat sempurna bagi kehidupan yang merasa dirinya manusia ya.. sangat sempurna karena aku memiliki mama yang perhatian padaku, adikku  yang juga perhatian padaku, ayahku yang kurang begitu hangat tapi tetap menjalankan tugasnya untuk menghidupi keluarganya dengan bekerja menjadi seorang akuntan.
           Satu hal lagi yang perlu aku beritahu aku ini adalah idola para wanita kampus dikarenakan wajahku yang bertipe baby face. Jadi jangan heran jika kemanapun aku pergi selalu dikerumuni oleh wanita-wanita cantik yang Waww…. dan kurasa hanya satu wanita di kampus ini atau mungkin di seluruh dunia yang tidak melirikku ya seorang wanita berkerudung putih berkacamata yang selalu menunduk jika kulirik dia, yang kutahu tentang dia hanyalah mahasiswi biasa yang bertugas sebagai pimpinan tim karya tulis di kampus, selebihnya aku tidak tahu.
            Perkuliahan dimulai dan mata kuliah yang pertama untuk hari ini adalah matematika yang kebetulan adalah pelajaran kesukaanku, dan ketika dosennya akan memberikan pertanyaan di papantulis yang pasti membuat kebanyakan teman-temanku tertunduk menghindar dari tatapan dosen karena malu (tidak bisa menjawab) pertanyaan tersebut. Dan tentu saja pertanyaan itu bukan apa-apa bagiku. "JJ coba kamu jawab…" akhirnya kata-kata itu keluar juga. Akupun langsung maju dan dengan PeDenya mengambil spidol dari tangan dosen dan mulai menulis persamaan itu dengan sempurna dan menunjukkan jalannya dengan teratur dan akhirnya persamaan itu mempunyai akhirnya yaitu hasil yang benar. Tepuk tanganpun mulai bergemuruh di ruangan itu, memberikan ketakjuban atas apa yang aku ketahui. Akupun melakukan salam hormat gaya jepang dan saat aku berdiri. Tepukan itu seketika berhenti, tentu aku heran. "J-J hidungmu berdarah…" Bebe memberitahukan alasannya kenapa tepuk tangan itu terhenti. Pada waktu aku memegang hidungku beberapa tetes darah segar melekat di tanganku, akupun langsung tidak sadarkan diri.
            Aku terbangun di ruangan putih, mataku menelisik tiap ruangan itu dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyimpulkan bahwa itu adalah rumah sakit. Ibuku tersenyum melihatku dan adikku tampak tertidur pulas dengan kepalanya di atas kasur tempat tidurku. "Kamu sudah bangun J-J istirahat saja kamu baru selesai operasi" kata mamaku. "Memangnya operasi apa Ma??" tanyaku heran. "Operasi otak, dokter menyebutkan bahwa di otakmu terserang kanker leukimia, dan…" Mamaku terdiam. "Dan apa Ma?, katakan saja bukankah mama sayang padaku" tanyaku penasaran. "Kankermu sudah parah dan tidak mungkin diobati lagi, dokter juga bilang bahwa umurmu mungkin sekitar 1 bulan lagi.." dengan perlahan Mamaku meneteskan air mata dan tangisannya membuat adikku yang tadi tidur diatas pangkuannya terbangun dan langsung memeluk ibuku. Kepalaku tertunduk, gigiku gemertak, jantungku berdetak mengalahkan pertunujukkan tabuk drum dari shanghai, kepalaku terasa berat setelah mendengar kata-kata itu. Hanya 5 huruf yang terangkai membentuk kata, tetapi telah mengubah hidupku. Hidupku yang sempurna akan segera berakhir.
Beberapa hari kemudian aku kembali ke rumah, rumah yang merupakan sebuah simbol tempat kembali. Aku langsung menuju kedalam kamarku dan langsung mengunci pintu. Aku terduduk di atas kasurku dan hanya bisa diam. Diam....!!. Aku tidak tahu beberapa kali mama dan adikku memanggil namaku dan mengatakan “J-J makanan sudah siap, ayo makan..” atau “J-J apa yang kamu lakukan didalam sana??” atau “J-J katakan sesuatu, supaya mama tahu apa yang kamu butuhkan” atau kata-kata yang lainnya yang mengisyaratkan bahwa aku diperhatikan oleh mereka. Aku membuat mereka kecewa, sebab semua itu kujawab dengan keheningan yang tanpa gerakan sedikitpun yang menunjukkan bahwa aku ada di dalam kamar itu.
Malam itu aku tidak tidur, dan aku merasa aku tidak butuh tidur karena sebentar lagi aku akan tidur untuk selamanya dan itu sudah pasti. Pagi besoknya jarum jam di lingkaran itu menunjukkan angka tujuh, dan pada jam tersebut papa sudah pergi kerja, adikku sekolah, sedangkan ibuku pasti pergi ke pasar untuk belanja keperluan makanan untuk hari ini. Pagi itu kepalaku kembali berat, penyakit itu mulai mengambil alih kesadaranku. ‘LARI...’ kata itu mulai mengiang-ngiang di kepalaku “Ya.. aku ingin lari....” dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melakukannya. Akupun langsung menghamburkan diriku keluar rumah dengan berlari dan terus berlari, aku tidak peduli tentang apapun saat itu, aku hanya ingin lari, lari dari semua ini. Aku tidak tahu sudah berapa lama kaki ini berlari dan aku mulai melambatkannya, saat aku sampai di tebing pantai itu. Aku berhenti tepat di ujung jurang itu dan terdiam sesaat. Angin laut terus meniup rambutku yang semeraut, percikan air laut membasahi tubuh yang sudah lemah ini. “HUWAAA.........” aku berteriak sekencang-kecangnya untuk memberitahukan kepada angin bahwa aku, aku tidak tahu apa yang harus lakukan.
Pukul 8 malam, aku kembali ke rumah dan disambut dengan pelukan dan pertanyaan bertubi-tubi dari mama dan adikku. Untuk kali ini aku lagi-lagi mengecewakan mereka dengan keheningan yang kosong. Aku lelah tubuh yang mulai terkurus ini terbaring lemah di atas kasur tempat tidurku. Mataku hanya menatap kosong.
“Saigo no kisu wa, Tabako no flavor ga shita, Nigakute setsunai kaori, Ashita no imagoro ni wa, Anata wa doko ni Irundarou, Dare wo omotterundarou”
Lagu First Love yang dinyanyikan Utada Hikaru itu merupakan nada dering SMS di HPku yang sudah lama kupakai dan kali ini terdengar lagi. Tanganku meraih HP dan menemukan SMS dari nomor yang belum mempunyai nama yang menunjukkan siapa pemiliknya. SMS itu tertulis:
“HARGA DARI SEBUAH IMPIAN. Siapa bilang waktu itu singkat??, bukankah waktu selalu memberi hal yang sama untuk semua orang yaitu 24 JAM SETIAP HARI. 24 jam itulah menunjukkan manusia itu ADA, hanya dengan 24 jam seseorang bisa berubah dari SETAN jadi MALAIKAT, kau tahu kenapa?? karena ORANG YANG SADAR selalu menggunakan WAKTU dengan tepat. Karena kapanpun dia tahu, bahwa SETIAP WAKTU adalah TEPAT. TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK MEMULAI. Mulailah dengan kata SAYANG.”.
Mataku menyusuri kata-kata yang terucap itu. Mataku terpejam sebentar dan dengan perlahan mulai membuka lagi, saat itulah aku sadar bahwa tidak ada gunanya aku seperti ini. Aku juga tidak mau J-J yang seorang babyface jenius mati dengan ketiadaan, aku bukan orang seperti itu. Akupun tidak mau mati tanpa semua orang tahu bahwa aku mencintai mereka. Pertama, Aku akan mulai dengan seseorang yang selama ini kurang berinteraksi denganku yaitu Papaku. Malam itu aku menemukan Papa masih sibuk dengan tugasnya, tangannya terus mengetik dan tatapannya tidak pernah lepas dari layar laptop.
“Papa aku ingin bicara”. “Bicara saja” sahut Papaku. “Pa... aku sayang Papa...”. Jari Papaku tidak lagi menari diatas huruf-huruf itu matanya teralih ke diriku, dia langsung menghampiriku untuk memelukku dan menangis. “Pa.. aku sayang Papa, Papa harus tahu itu”. “Papa juga sayang kamu J-J”. Malam itu aku dan Papa bercerita tentang kami dan itu berlangsung sampai pagi. Papa saat itu tidak peduli lagi apakah laporan kantornya yang sudah jatuh tempo deadlinenya ataupun besok harus masuk kerja pokoknya malam itu, tiap detik jam hanya tentang kami berdua. Besok paginya aku mengatakan yang hampir sama dengan Mama dan adikku, kemudian mendapatkankan pelukan kasih sayang dan tangisan cinta dari mereka. Tahukah teman hari itu aku sangat bahagia, karena aku dan orang-orang yang aku sayangi tahu bahwa aku sayang mereka.
“Chi...” itulah nama orang yang telah mengirim sms itu padaku. Aku juga baru tahu setelah aku bertanya dengan Bebe dan ternyata dia adalah wanita itu, wanita berkerudung putih yang selalu menghindar saat aku meliriknya. Di waktu yang tepat aku datang menghampirinya. “Chi.. terima kasih atas sms yang kamu kirim waktu itu” dengan tersenyum wanita berkerudung putih itupun mengatakan “Setiap manusia adalah teman yang selalu mengingatkan, dan aku senang kamu adalah pendengar yang baik”. Hari itu aku baru sadar bahwa walaupun ada orang kurang memperhatikanku tapi ternyata dia mempunyai potensi yang selalu mengingatkan.
Pada suatu pagi hari aku menulis SMS untuk sahabat baruku Chi. “Tolong, ajari aku tentang dunia”. Dan Chi pun langsung membalas SMS dariku “Dunia sudah kamu pelajari dan kamu tahu itu, karena sekarang kamu sudah tahu melebihi siapapun yang pernah aku temui. Bukankah kamu melihat dunia bukan dengan nafsu ataupun harta tapi dengan cinta. NB: J-J jangan lupa ya, besok datang ke kampus sebab ada acara workshop tentang ‘memaknai hidup’, bukankah sebelumnya kamu sudah siap untuk dijadikan salah satu pembicara, bisakan??”. Selang beberapa menit kemudian HP Chi belum juga berbunyi. yang menandakan aku belum membalas SMS darinya dan sudah satu jam berlalu, aku belum juga membalas SMSnya. Teman bukannya aku tidak mau membalasnya tapi tidak bisa, karena jiwaku sudah terlebih dahulu meninggalkan ragaku. Dan aku tahu seuntai senyuman manis terlukis di wajahku.]

Presented by:
Rabian syahbana (0711059)
Tarbiyah Major

Tidak ada komentar:

Posting Komentar