Sabtu, 24 Oktober 2009

alam semesta dalam paradigma filsafat islam

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
TENTANG ALAM SEMESTA DALAM PARADIGMA FILSAFAT ISLAM
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
1. Rabian Syahbana NIM: 0711059
2. Rahmawati NIM: 0711060
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembahasan tentang alam semesta bertujuan mengingatkan kita semua agar tidak melupakan alam lingkungan tempat kita hidup. Sering kali gelora dan semangat eksplorasi ilmiah yang menggebu-gebu membuat manusia lupa akan ekosistem yang sudah teratur baik, yang merupakan penunjang bagi eksistensinya sejak awal kehadirannya di bumi sampai sekarang. Oleh karena itu, sedikit renungan akan dinamika alam mungkin akan bermanfaat sebagai salah satu unsur pelengkap dalam kita berfilsafat. Menurut teori ledakan besar (Big Bang Theory) yang mencoba menerangkan terciptanya alam semesta ini, matahari-matahari (benda-benda langit yang mengeluarkan cahaya sendiri dan posisinya relative tidak berubah karena relative tidak bergerak), yang juga dinamakan bintang sejati, terbentuk sebagai pecahan yang dilontarkan terlepas dari gumpalan massa yang besar sekali pada waktu terjadinya ledakan itu, kurang-lebih 10-20 milyar tahun yang lalu.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk mempelajari alam semesta dalam paradigma alam semesta, ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan paradigma?
2. Apa yang dimaksud dengan alam semesta?
3. Bagaimana alam semesta menurut paradigma filsafat pendidikan islam?
4. Apa saja tujuan terciptanya alam semesta?
5. Apa saja fungsi penciptaan manusia dalam alam semesta?
BAB II PEMBAHASAN (ALAM SEMESTA DALAM PARADIGMA FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM)
A. PENGERTIAN PARADIGMA
Paradigma adalah daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata atau model dulu teori ilmu pengetahuan atau bisa juga diartikan kerangka berpikir. Pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah :
1. Cara memandang sesuatu.
2. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan.
3. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu.
4. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.
Dalam “The structure of Science Revolution”, Kuhn menggunakan paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan sejenis unsur dalam konstelasi itu dan pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa. Paradigma merupakan suatu keputusan yudikatif dalam hukum yang tidak tertulis.
Secara singkat pengertian pradigma adalah Keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena). Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.
B. PENGERTIAN ALAM SEMESTA
Menurut kamus besar bahasa Indonesia alam adalah: 1) segala yag ada dilangit dan dibumi (seperti bumi, bintang, kekuatan); 2) lingkungan kehidupan, 3) segala sesuatu yang termasuk di satu lingkungan (golongan dan sebagainya) dan dianggap sebagai suatu keutuhan. 4) segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada didunia ini. 5) yang bukan buatan manusia. 6) semesta. 7) kerajaan, daerah, negeri. Menurut kamus besar bahasa Indonesia semesta adalah 1) seluruh, segenap, semuanya; semua yang ada di alam. 2) sluruh dunia, universal.
Pengertian alam menggambarkan sesuatu yang nyata, sederhana, dan terbuka untuk diamati. Alam: dunia atau alam semesta. Sedangkan pengertian alam semesta di kamus agama Islam yang dikarang oleh Sudarsono adalah langit, bumi, dan segala isinya, kejadian alam semesta ini termasuk adanya manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, malaikat, jin, setan dan sebagainya adalah hasil ciptaan Allah.
Ada dua pendapat lain tentang alam semesta. Yang pertama menganggap bahwa alam semesta merupakan kenyataan terakhir (the Ultimate Reality) dan tidak ada sesuatu apapun diluar dirinya. Sedang yang kedua (Spritualisme Panteistik) menganggap alam semesta sebagai cermin Tuhan yang tidak sempurna.
Sistem tata surya kita, terbukti hanya merupakan satu dari lebih kurang 200.000.000.000 (20 milyar) sistem tata surya di dalam galaksi kita, Bima Sakti; sedangkan galaksi kita sendiri juga hanyalah satu galaksi di alam raya ini. Alam semesta sendiri mengandung 200 milyar galaksi. Teleskop-teleskop yang sangt kuat telah berhasil menangkap cahaya yang berasal dari galaksi-galaksi yang jaraknya milyaran tahun cahaya dari bumi. Jauhnya jarak itu barangkali tidak dapat dibayangkan oleh kemampuan imajinasi manusia yang masih terbatas, bila kita ingat bahwa dalam 1,3 detik cahaya dapat menempuh jarak bumi-bulan (lebih kurang 400.000 km). dan ini baru satu universe. Dengan mengetahui kenyataan ini, mungkin kita dapat menyadari, betapa kecilnya kita, manusia ini, makhluk yang paling adikuasa di bumi. Betapa tak berartinya kita, meskipun telah mencapai kemampuan dan kemajuan yang baru saja kita bahas, dibandingkan dengan kesesmetaan alam raya yang begitu mempesona.
C. ALAM SEMESTA DALAM PARADIGMA FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Sering kali gelora dan semangat eksplorasi ilmiah yang menggebu-gebu membuat manusia lupa akan ekosistem yang sudah teratur baik, yang merupakan penunjang bagi eksistensinya sejak awal kehadirannya di bumi sampai sekarang. Oleh karena itu, sedikit renungan akan dinamika alam mungkin akan bermanfaat sebagai salah satu unsur pelengkap dalam kita berfilsafat. Menurut teori ledakan besar (Big Bang Theory) yang mencoba menerangkan terciptanya alam semesta ini, matahari-matahari (benda-benda langit yang mengeluarkan cahaya sendiri dan posisinya relative tidak berubah karena relative tidak bergerak), yang juga dinamakan bintang sejati, terbentuk sebagai pecahan yang dilontarkan terlepas dari gumpalan massa yang besar sekali pada waktu terjadinya ledakan itu, kurang-lebih 10-20 milyar tahun yang lalu.
Masalah alam semesta raya dalam Islam, adalah berdasarkan dengan firman Allah SWT: “yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang karena itu lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang . Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihtanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. Sesungguhnya kami telah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang dan kami jadikan bintang-bintang dan kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang bernyala-nyala” (Al-Quran, Surah Al Mulk, ayat 3-5).
Zaman manusia saat ini telah mengarungi ruang angkasa luas, sudah terjadi-jadinya bulan buatan, dan stasiun-stasiun di udara. Ia tetap menjadi perangsang untukberiman kepada yang gaib, dan menjadi contoh yang paling tinggi bagi kelemahan manusia untuk berhadapan dengan “kodrat Ilahi Yang Maha Besar”.
“Tata surya kita” dalam “sistem orbit matahari” menurut pandangan Islam, mempunyai pandangan yang lebih luas lagi, sebab apa yang dikatakan langit bukannya hanya langit yang dalam istilah kebendaan (majasi) saja, tetapi ia mempunyai arti langit-langit yang lebih suci (langit-langit dalam arti ma’nawi atau dalam arti hakiki). Begitu juga mengenai masalah galaksi-galaksi dan Alam Semesta Raya seluruhnya. Sehingga menerbitkan pengertian kepada kita bahwa betapa maha agungNya Allah, sebagai Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta raya ini. Dan menanamkan pengertian kepada kita, betapa kecilnya diri kita ini sebagai makluk Tuhan. Sebab setelah kita ketahui rupanya masih banyak lagi ciptaan-ciptaan Tuhan yang besar-besar seperti matahari dan bintang-bintang yang jumlahnya tiada terkira dan ternyata. “Memang Tuhan sungguh Maha Besar dan Esa”.
D. TUJUAN TERCIPTANYA ALAM SEMESTA
Tujuan Tuhan menciptakan alam, kata Ibn Arab adalah agar Dia bisa melihat diri-Nya sendiri dalam suatu bentuk yang dengan itu nampak jelas asma dan sifatnya. Tuhan tidak terpisah dari dunia, ia adalah jiwa dunia, dan kita semua memiliki sebagian dari api Ilahi. Segala sesuatu adalah bagian dari satu system tunggal, yang disebut alami, kehidupan individu adalah baik jika selaras dengan alam. Dari segi tertentu, setiap kehidupan dalam keadaan selaras dengan alam. Dari segi tertentu, setiap kehidupan dalam keadaan selaras dengan alam, sebab hukum alamiah yang melahirkannya.
Pembahasan tentang alam semesta bertujuan mengingatkan kita semua agar tidak melupakan alam lingkungan tempat kita hidup.
Zat yang sifatnya paling umum tentu memilki realitas yang paling tinggi. Zat yang demikian itu adalah alam semesta. Alam adalah keseluruhan realitas. Oleh karena itu hakikat alam adalah satu, Esa. Tetapi di dalam esa itu dibedakan 4 bentuk, yaitu:
a) Alam yang menciptakan. Tetapi yang sendiri tidak diciptakan. Alam yang esa serta sempurna ini adalah Allah. Satu-satunya realitas, yang adalah hakikat segala sesuatu, yang jauh melebihi segala penentuan bahkan yang mengatasi segala “yang ada”.
b) Alam menciptakan, tetapi yang sendiri menciptakan.
c) Alam yang diciptakan, tetapi yang sendiri tidak menciptakan tekanan.perealisasian segala sesuatu di dalam dunia yang tampak ini.
d) Alam yang tidak diciptakan. Alam disini dipandang sebagai tujuan terakhir segala sesuatu, pengaliran kembali (remanasi) yang mengikuti pengaliran keluar (emanasi).
E. FUNGSI PENCIPTAAN MANUSIA DALAM ALAM SEMESTA
Manusia adalah makhluk Tuhan yang dicptakan dengan bentuk raga yang sebaik-baiknya (Q.S. At Tiin/95:4) dan rupa yang seindah-indahnya (Q.S. At Taghrabun/64:3) dilengkapi dengan berbagai organ psikofisik yang istimewa seperti panca indera dan hati (Q.S, An Nahl/6:78) agar manusia bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahi keistimewaan-keistimewaan itu. Secara lebih rinci keistimewaan-keisti-mewaan yang dianugerahkan Alllah kepada manusia antara lain adalah kemampuan berpikit untuk memahami alam semesta (Q.S, Ar Ra’d/13:3) dan dirinya sendiri (Q.S, Ar-Rum/30:20-21), akal untuk memahami tanda-tanda keagungan_nya (Q.S, Al Hajj/22:46), nafsu yang paling rendah (Q.S, Yusuf/12:53) sampai yang tertinggi kalbu untuk mendapatkan cahaya tertinggi (Q.S, Al Fajr/89:27-30), dan ruh yang kepadanya Allah SWT mengambil kesaksian manusia (Q.S, Al ‘Araa/7:72-74). Dalam Alquran dinyatakan bahwa Alllah SWT menciptakan manusia bukan secara main-main (Q.S, Al Mu’minuun/23:115), melainkan dengan suatu tujuan dan fungsi. Secara global tujuan dan fungsi penciptaan manusia itu dapat diklasifikasikan kepada dua, yaitu:
1. Khilafah
Salah satu implikasi terpenting dari kehalifahan manusia di muka bumi ini adalah pentingnya kemapuan untuk memahami alam semesta tempat ia hidup dan menjalankan tugasnya. Manusia memiliki kemungkinan untuk hal inidikarenakan kepadanya dianugerahkan Allah berbagai potensi. Di samping itu, alam semesta ini beserta apa-apa yang ada didalamnya adalah ciptaan Allah SWT untuk kepentingan ummat manusia secara keseluruhan (Q.S, Al Baqarah/2:29, An Nahl/16:8081, Luqman/31:20, Al Mulk/67:15). Karenanya merupakan tanggung jawabmoral manusia untuk mengolah dan memanfaatkan seluruh sumber-sumber yang tersedia di ala mini guna memenuhi keperluan hidupnya. Demikianpun perlu disadari bahwa kewenangan manusia untuk memanfaatkan alam semesta harus didasarkan kepada garis yang telah ditetapkan Allah SWT dan tidak boleh menyalahinya. Seperti tidak boleh merusak alam, tidak boleh mengeksploitasinya untuk kepentingan individu atau golongan, tidak boleh memanfaatkannya secara berlebih-lebihan dan hal-hal yang destruktif lainnya.
2. ‘Abd (Pengabdi Allah)
Secara luas, konsep ‘Abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas manusia dalam hidupnya. Islam menggariskan bahwa seluruh aktivitas seorang hamba selama ia hidup di alam semesta ini dapat dinilai sebbagai ibadah manakala aktivitas itu memang ditujukan semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah SWT. Dalam konteks ini, manusia harus memahami bahwa sifat-sifat itu diberikan Tuhan adalah sebagai amanah,yaitu tanggung jawab yang besar yang pada suatu saat akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT. Untuk itu, manusia harus mendayakan gunakan potensi yang dianugerahkan kepadanya secara bertanggung jawab dalam rangka merealisasikan tujuan dan fungsi penciptaannya di ala mini, baik sebagai ‘abd maupun khilafah fi al-ardl.
Manusia, sebagai salah satu bagian alam raya, dengan potensi kreatif yang sudah menjadikannya seperti “setengah dewa” karena membawanya kepada kemampuanteknologi tinggi untuk mengendalikan dan memanfaatkan alam sekitarnya supaya mendatangkan kesejahteraan bagi hidupnya, sampai saat ini tetap belum dapat mengendalikan gejolak-gejolak bagian lainnya, yaitu bumi dengan segala komponen dan unsurnya. Manusia baru sampai pada taraf mampu meramalkan (dengan banyak koreksi) kemungkinan datangnya gejolak-gejolak itu sehingga dapat berikhtiar untuk mengurangi kerugian yang akan diakibatkannya; sedangkan usaha untuk membatalkan terjadinya bencana-bencana itu masih jauh dari memberikan hasil yang memuaskan.
Dari sudut pandangan yang lebih cerah kita melihat bahwa manusia sebenarnya sudah sangat maju dalam daya upaya memanfaatkan gejolak-gejolak alam itu sehingga, sebaliknya dari mendatangkan bencana, beberapa komponen dan unsure alam tersebut justru mendatangkan kesejahteraan. Dan ini dimungkinkan oleh adanya perwujudan dimensi kreatif manusia!.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. 2005

Armsrong, Ammatullah. Kunci Memasuki Dunia Tasawuf. Bandung: Mizam Media Utama. 1996

Buika. Dunia Ingin Diselamatkan. Jakarta: Buika. 1982

Cooper, John. Ronald L. Nettier dan Mohamed Mahmoud. Pemikiran Islam (dari Sayyid Akhmad Khan hingga Nasr Hamid Abu Zayd). Jakarta: Erlangga. 2002

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2002

Mulyadi. Memahami hakikat Tuhan, alam,dan manusia. Jakarta: Nazar religious. 2007

R. Semiawan, Conny, I Made Putrawan, dan I Setiawan. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004

Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002

Sudarsono. Kamus Agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta. 2003

Sudarsono. Ilmu Filsafat suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. 2008

1 komentar:

  1. ternyata filsafat juga membicarakan tentang alam semesta ea......

    BalasHapus