Minggu, 04 April 2010

KIAT MENGHINDARI HIV/AIDS KONDOM BUKAN JAMINAN

KONDOM

BUKAN JAMINAN

KONTROVERSI KONDOM

UNTUK MENCEGAH VIRUS HIV/AIDS

Oleh:

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan keji dan sejahat-jahat perjalanan serta terkutuk” (Q.S. Al Israa’, 17:32).

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan itulah orang-orang pendusta” (Q.S. An Nahl, 16:105).

“Apabila perzinaan sudah meluas di masyarakat dan dilakukan secara terang-terangan (dianaggap biasa), maka infeksi dan penyakit mematikan yang sebelumnya tidak terdapat pada nenek-moyangnya, akan menyebar diantara mereka”. (H.R. Ibn Majah, Al Bazzr dan Baihaqi).

KONTREVERSI KONDOM

Kondom terbuat dari bahan laterx (karet), bahan ini merupakan senyawa hidrokarbon dengan polimerisasi yang berarti mempunyai serat dan berpori-pori. Di samping itu karena proses pembuatan pabrik kondom juga memiliki lubang cacat mikroskopis atau “pinholes”.

Kondom tidak 100% aman

Beberapa data berikut ini kiranya dapat menyadarkan kita semua terhadap kontroversi kondom yang selama ini diperdebatkan:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lytle, et. Al. (1992) dari Division of life Sciences, Rockville, Maryland, USA, membuktikan bahwa penetrasi kondom oleh partikel sekecil HIV/AIDS dapat terdeteksi.

2. Penelitian yang dilakuak oleh Carey, et. Al. (1992) dari Division of physical sciences, Rockville, Maryland, USA, mnemukan kenyataan bahwa virus HIV dapat menembus kondom. Kondom yang beredar di pasaran 30% bocor.

3. Direktur jenderal WHO, Hiroshi Nakajima (1993) menyatakan bahwa efektivitas kondom diragukan.

4. Pernyataan J. Mann (1995) dari havard AIDS Instute yang menyatakan bahwa tingkat keamananan kondom hanya 70%.

5. Dalam koferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa penggunaan kondom aman tidaklah benar. Pori-pori kondom berdiameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, sedangkan micron dalam keadaan dalam keadaan meregang pori-pori tersebut mencapai 10 kali lebih besar. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus kondom.

6. Laporan dari majalah Costumer Reports (1995) menyatakan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan elektron mikroskop dapat dilihat pori-pori kondom yang 10 kali lebih besar darivirus HIV (Rep. 1/11/95).

7. Pertanyaan dari M.Potts (1995) presiden Family Health Internasional, salah seorang pencipta kondom mengakui antara lain bahwa: “kami tidak dapat memberitrahukan kepada khalayak ramai sejauh mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, mernyuruh mereka yang telah masuk ke dalam kehidupan yang memiliki resiko tinggi (seks bebas dan pelacuran) ini untuk memakai kondom, sama saja artinya dengan menyuruh orang yang mabuk memasang sabuk ke lehernya” (Rep. 12/11/95).

8. Pertanyaan dari V. Cline (1995), professor psikologi dari Universitas Utah, Amerika Serikat, menegaskan bahwa memberikan kepercayaan kepada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan menggunakan kondom adalah sangat keliru. Jika para remaja percaya bahwa dengankondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya, berarti mereka telah tersesatkan (Rep. 12/11/95).

9. Pernyataan pakar AIDS, R. Smith (1995), setelah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan “safe sex” dengan cara menggunakan kondom sebagai “sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahakan pendapat agar resiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menhindari hubungan seksual di luar nikah (Rep. 12/11/95).

10. Di Indonesia pada tahun 1996 yang lalu kondom yang diimport dari Hongkong ditarik dari peredaran karena 50% bocor.

11. Tingkat keamanan kondom di Negara-negara berkembang rata-rata hanya 70% kondom yang terbuat dari latex yang peka terhadap sinar (matahari dan lampu), oksigen dan kelembaban. Umur pakai kondom hanya 5 tahun. Dikhawatirkan, banyak kondom yang diimpor dari luar negeri sudah melewati batas waktunya. Penympanan yang tidak hati-hati dapat menyebabkan kondom berjamur, robek bahkan copot sama sekali. Kalau diamati, penyimpanan kondom di apotik-apotik yangsering diletakkan di bawah lampu neon. Keadaan bertambah gaawat kalau penyimpanan di gudangnya kurang hati-hati kurang teliti missalnya diletakkan di lantai. Namun terdapat fakta yang lebih memperrihatinkan, yaiatu orangumumnya membeli kondom justru di pinggir jalan. Dari berbagi penelitian di Indonesia menunjukkan orang membeli kondom di penjual rokok dan jamu atau kios obat kaki lima. Dari 10 orang petualang seks 3 orang kemungkinan tidak aman dari serangan HIV, karena itu seks yang aman adalah yang dilakukan hanya dengan pasangan yang sah (lubis, F., 1996).

12. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Biran Affandi (2000) menyatakn bahwa tingkat kegagalan kondom dalam keluarga berencana mencapai 20%. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan dari Prof. Dr. Haryono Suyono (1994) bahwa kondom dirancang untuk keluarga Berencana dan bukan untuk mencegah virus HIV/AIDS. Kondom adalah untuk mencegah penerasi sperma, bukan untuk mencegah penetrasi virus HIV/AIDS.

13. Gereja Katholik (Vatikan) menyerukan kepada masyarakat bahwa kondom tidak melindungi seseorang dari ketularan virus HIV. Selanjutnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Kim Barnes (2003) dari BBC London, menyatakan bahwa cara yang terbaik agar terhindar dari virus HI/AIDS adalah abstinentia, yaitu tidak mengadakan hubungan seksual di luar nikah.

14. Alfonso Lopez Trujillo (2003) seorang cardinal senior dari Vatikan menyatakan bahwa virus HIV dapat mnembus dinding kondom. Kecilnya virus HIV/AIDS 1/450 lebih kecil dari sperma. Sperma saja bisa menembus lapisan kondom, apalagi virus HIV.

15. Gordon Wambi (2003) seseorang aktivis AIDS menyatakan ketidak setujuannya pemakaian kondom. Hal ini sesuai debnngan Vatican’s Pontifical Council for family yang menyerukan kepada pemerintah agar tidak menganjurkan pemakaian kondom kepada rakyatnya; kampanye kondom sama resikonya dengan kampanye rokok, bahayanya sama.

16. Sejak kondom mudah diperoleh penyebaran HIV/AIDS menjadi meleset dengan pesat, disimpulkan bahwa kondom membantu penularan penyebaran HIV/AIDS, demikain dikemukakan oleh Archbishop of Nairobi (Raphael Ndingi Nzeki, 2003).

17. Selanjutnya gereja Katholik menganjurkan kepada salah satu pasangan suami istri yang terinfeksi untuk tidak menggunakan kondom, sebab virus sebab virus HIV bias menembusnya dan menulari pasangannya yang lain. Dewasa ini dunia (2003) sedang menghadapi global pandemic HIV/AIDS yang telah menulari menewaskan lebih dari 20 juta orang dan menginfeksi 42 juta.

18. Berita tebaru datang dari Washington diberitakan oleh Associated Press (AP) yang dikutipp oleh Koran tempo (12 November 2005), yang menyebutkan ada peringatan dari Food And drug Adminidtrations (FDA) perihal mengenai peringatan pada kemasan kondom. FDA mengharapkan dalam kemasan kondom tertera peringatan bahwa kondom hanya sedikit edektif mencegah penyebaran penyakit seksual yang menular seperti virus herpes genitalis, virus papilloma dan virus HIV/AIDS. Kondom adalah untuk mencegah penetrasi sperma, bukan untuk mencegah penetrasi virus HIV/AIDS.

INFORMASI:

MENTAL HEALTH CENTER

HAWARI & ASSOCIATES

Alamat:

Perumahan Tebet Mas Indah E-5

Jl. Tebet Barat I, Jakarta 12810

Telp. 021-8298885/8299857

Fax: 021-8299857

Email: hanfseni@cbn.net.id

Website: www.dadang-hawari.org

3 komentar: