Kamis, 16 Desember 2010

Observasi


Oleh: Kasirun
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
  Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola sekolah, lingkungan,kualitas pengajaran, kurikulum dan sebagainya. Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
            Para ahli berpendapat bahwa dalam melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab hasil belajar  atau pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan teknik non-tes. Keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun pertumbuhan sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik non-tes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap dan lain-lain. Dengan kata lain, banyak hasil belajar yang hanya dapat diukur dengan teknik non-tes.
            Di dalam makalah ini penulis akan membahas tentang teknik evaluasi yang bersifat non-tes. Dan di dalam teknik evalusi non-tes tersebut banyak alat yang bisa digunakan seperti observasi, wawancara, angket, dan masih banyak lagi yang lainnya. Tetapi didalam maklah ini penulis hanya akan membahas tentang salahsatu alat yang digunakan dalam teknik evaluasi jenis non-tes yaitu observasi, yang akan penulis bahas berikut ini:
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Jenis Observasi
Pengertian observasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Observasi merupakan salahsatu alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2.      Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Sedangkan bila dilihat dari teknis pelaksanaanya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
1.      Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2.      Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.[1]
3.      Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.[2]
B.     Cara dan Tujuan Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1.      Observasi Partisipatif dan Observasi Nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.
2.      Observasi Sistematis dan Observasi Nonsistematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat struktur kategori yang akan diamati.
3.      Observasi Experimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.[3]
C.    Langkah-langkah Observasi
Untuk menyusun pedoman observasi, anda sebaiknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Ø  Merumuskan tujuan observasi
Ø  Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
Ø  Menyusun pedoman observasi
Ø  Menyusun aspek-aspek yang akan di observasi, baik yang berkenaan dengan proses belajar peserta didik maupun kepribadiannya
Ø  Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
Ø  Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
Ø  Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
Ø  Mengolah dan menafsirkan hasil observasi[4]
D.    Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu:
Ø  Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
Ø  Direncanakan secara sistematis
Ø  Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
Ø  Dapat diperiksa validitas, rehabilitas, dan ketelitiannya[5]
E.     Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilaian non-tes, mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
1.      Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2.      Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.
3.      Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mengecek data yang telah diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket.
4.      Observer tidak perlu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Selain keuntungan diatas, observasi juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1.      Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi.
2.      Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3.      Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol sebelumnya.[6]

F.     Kedudukan Observasi di dalam Evaluasi
Observasi merupakan metode langsung terhadap tingkah laku sampling di dalam situasi sosial, dengan demikian merupakan bantuan yang vital sebagai suatu alat evaluasi. Melalui observasi, deskripsi objektif dari individu-individu dalam hubungannya yang aktual satu sama lain dan hubungan mereka dengan lingkungannya dapat diperoleh. Dengan mencatat tingkah laku ekspresi mereka yang timbul secara wajar, tanpa dibuat-buat, teknik observasi menjadi proses pengukuran (evaluasi) itu tanpa merusak atau mengganggu kegiatan-kegiatan normal dari kelompok atau individu yang diamati. Data yang dikumpulkan melalui observasi mudah dan dapat diolah dengan teknik statistik konvensional.
Jenis-jenis situasi sosial yang dapat diselidiki dengan observasi sangat luas, mencakup bermacam penelitian mengenai tingkah laku fisik, sosial dan emosional, dari mulai TK, SD, SMP sampai kepada pengamatan terhadap tingkah laku orang dewasa, di pabrik-pabrik, di kantor-kantor, di rumah, dalam kelompok diskusi, dan dalam situasi-situasi lain di masyarakat.
Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai teknik evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan atau skill. Dalam observasi ini guru menggunakan blangko daftar isian yang didalamnya telah tercantum aspek-aspek kegiatan dari keterampilan itu yang harus dinilai, dan kolom-kolom tempat membutuhkan check atau skor menurut standar yang telah ditentukan.[7]
G.    Situasi di dalam Observasi
Yesrild dan Meigs membagi situasi-situasi yang dapat diselidiki melalui observasi langsung itu menjadi tiga macam, yaitu :
Ø  Situasi bebas (free situation)
Ø  Situasi yang dibuat (manipulated situation)
Ø  Situasi campuran (partially controlled) gabungan dari kedua situasi tersebut.
Pada situasi bebas (free situation), klien yang diamati dalam keadaan bebas, tidak terganggu, dan tidak mengetahui bahwa ia atau mereka sedang diamati. Dengan observasi terhadap situasi bebas, mengamat dapat memperoleh data yang sewajar-wajarnya (apa adanya) tentang perisitiwa atau tingkah laku seseorang atau kelompok yang tidak dibuat-buat.
Pada situasi yang dibuat (manipulated situation), pengamat telah sengaja membuat atau menambahkan kondisi-kondisi atau situasi-situasi tertentu, kemudian mengamati bagaimana reaksi-reaksi yang timbul dengan adanya kondisi atau situasi yang sengaja di buat itu. Misalnya dengan memberikan sesuatu yang dapat menimbulkan frustasi. Observasi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan termasuk ke dalam jenis situasi (situasi yang dibuat).
Situasi campuran (partially controlled) adalah situasi dalam observasi yang merupakan gabungan dari kedua macam situasi tersebut diatas.[8]
PENUTUP
KESIMPULAN
Observasi merupakan salahsatu alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu observasi berstruktur dan observasi tak berstruktur. Sedangkan bila dilihat dari teknis pelaksanaanya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu observasi langsung, observasi tak langsung dan observasi partisipasi. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan observasi adalah merumuskan tujuan observasi, membuat lay-out atau kisi-kisi observasi, menyusun pedoman observasi, menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, melakukan ujicoba pedoman observasi, merevisi pedoman observasi, melaksanakan observasi dan mengolah hasil observasi.
Dan pada intinya tujuan-tujuan observasi dalam rangka evaluasi pendidikan pada umumnya untuk menilai pertumbuhan dan kemajuan murid dalam belajar, bagaimana perkembangan tingkah laku penyesuaian sosialnya, minat dan bakat dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Zainal, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar