Kamis, 16 Desember 2010

Pemikiran Pembaharuan Modern Dalam Islam: PEMBAHARUAN DAN APLIKASI PERGERAKAN DI INDONESIA



TUGAS MATA KULIAH PPMDI
TENTANG : PEMBAHARUAN DAN APLIKASI PERGERAKAN DI INDONESIA
Nama               : Rabian Syahbana
NIM                : 0711059
Semester          : VII B

A.    Pengertian Dan Hakekat Pembaharuan
Pada saat dunia Islam berada dalam masa kemunduran, bangsa Barat berada dalam kemajuan yang sangat besar. Di saat Eropa sudah memasuki kesadaran renaissance pada abad ke 18, Turki Utsmani malah mengalami kemerosotan moral dan korupsi yang merajalela. Sehingga bangsa Barat mulai melirik Turki untuk dijadikan daerah jajahan. Ringkasnya, pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 dunia Islam hampir seluruhnya berada di bawah kekuasaan bangsa Barat, termasuk Indonesia.[1]
Kata pembaharuan adalah kosa kata yang telah biasa didengar dan sudah umum dipakai, tak terkecuali di Indonesia. Istilah baru atau baharu mengandung arti memperbaiki sesuatu menjadi baru. Pembaharuan sebagai bentuk kata kerja mengandung arti perbuatan atau cara memperbaharui. Ungkapan lain yang dipakai adalah modern atau modernisasi. Modernisasi di barat mempunyai arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah faham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan.
Dalam tataran sejarah, pembaharuan dalam Islam itu antara lain adalah ”membuka kembali pintu ijtihad, menghapus sikap fatalisme, menempatkan kedudukan akal pada posisi yang tinggi dan melakukan pembenahan pada lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan. Dengan demikian, pembaharuan dalam Islam bukan berarti menghilangkan dan mengganti ajaran Islam, melainkan melakukan interpretasi baru terhadap ajaran Islam untuk disesuaikan dengan perkembangan modern.[2]
Islam tidak menolak pembaruan, dalam arti tajdid, bukan asal 'pembaruan'. Yang perlu dikaji dengan cermat, Islam bukan agama sejarah dan agama budaya. Islam adalah agama final dan sempurna dari awal, karena Islam memiliki teks kitab suci yang final, yang terjaga otentisitas teks dan maknanya. Bagi Islam, hukum haramnya babi tidak pernah berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sebab teks ayat Alquran tentang hal ini (QS 5:3), tidak berubah. [3]
Sekitar awal abad ke-20, ide-ide pembaharuan terlihat telah turut mewarnai arus pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Menilik latar belakang kehidupan sebagian tokoh-tokohnya, sangat mungkin diasumsikan bahwa perkembangan baru Islam di Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh ide-ide yang berasal dari luar Indonesia. Seperti misalnya Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), Ahmad Surkati (Al-Irshad), Zamzam (Persis), yang ketiganya sempat menimba ilmu di Mekkah dan melalui media publikasi dan korespondensi mereka berkesempatan untuk dapat berinteraksi dengan arus pemikiran baru Islam dari Mesir. Tokoh lainnya seperti Tjokroaminoto (Sarekat Islam) juga dikenal menggali inspirasi gerakannya dari ide-ide pembaharuan Islam di anak benua India. Oemar Amin Hoesin pernah menulis bahwa terdapat media cetak berupa majalah dan surat kabar, yang memuat ide-ide Pan-Islamisme, menyusup ke Indonesia pada awal-awal abad 20-an, semisal: al-’Urwat al-Wuthqa, al-Mu’ayyad, al-Siyasah, al-Liwa’, dan al-’Adl yang kesemuanya berasal dari Mesir.[4]
            Disini penulis lebih menitik beratkan pengkajian tentang pergerakan Muhamadiyah dan pergerakan organisasi mahasiswa Islam dalam pembaharuan dan kemurniannya.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa keadaan umat Islam di Indonesia pada abad ke19 dan awal abad 20 tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada dunia Islam umumnya. Ditambah lagi sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, daerah ini merupakan lahan subur bagi agama Hindu dan Budha yang kental dengan ajaran animisme dan dinamisme.
Suasana kemunduran umat dan pemahaman yang keliru terhadap ajaran Islam merpakan alasan utama mengapa Kyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Perayarikatan Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tanggal 18 november 1912 di kampung Kauman Yogyakarta. Kyai Dahlan (sapaan akrabnya) sangat ingin melihat umat Islam mengamalkan Islam sesuai dengan apa yang dituntun oleh Rasulullah saw. dan ingin memajukan umat melalui berbagai kegiatan, seperti mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan tabligh, rapat-rapat yang membicarakan masalah umat Islam dll.
Karena itulah tujuan Muhammadiyah di periode ini dimaksudkan untuk “menyebarkan pengajaran kanjeng nabi Muhammad saw kepada penduduk bumi putera dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”. Dari kalimat yang singkat itu saja sudah tampak bahwa lahirnya sebuah organisasi dengan didahului perumusan tujuannya sudah merupakan sesuatu yang sangat modern.[5]
Muhammadiyah adalah salah satu geerakan modern di Indonesia. Dan dari sekian banyak organisasi gerakan modern, termasuk yang menjadi perintis gerakan modern, satu-satunya yang sempat bertahan sampai saat ini hanyalah Muhammadiyah. Para peneliti menilai bahwa Muhammadiyah adalah gerakan pembaharu, yang melanjutkan gerakan kaum muda di Minangkabau yang dirintis oleh Haji Sumanik dan kawan-kawan pada awal abad ke-19. Ada lima prinsip gerakan Muhammadiyah yaitu; sebagai gerakan Islam, gerakan sosial, gerakan dakwah, gerakan tajdid dan gerakan ilmu. Apa yang dibawa oleh Muhammadiyah memang merupakan sesuatu yang baru dan sangat asing pada zamannya.
Keberadaan gerakan mahasiswa dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tak bisa dipandang sebelah mata. Keberadaan mereka menjadi kekuatan yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest group) terutama pengambil kebijakan, yakni negara. Diantara elemen-elemen gerakan mahasiswa yang memiliki pengaruh signifikan adalah gerakan mahasiswa Islam. Mereka adalah organisasi massa (ormas) mahasiswa yang memiliki basis konstituen yang jelas dan massa pendukung yang besar seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dipo, HMI MPO, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). [6]
Menurut Arbi Sanit, ada lima sebab yang menjadikan mahasiswa peka dengan permasalahan kemasyarakatan sehingga mendorong mereka untuk melakukan perubahan. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai pandangan luas untuk dapat bergerak di antara semua lapisan masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama mengalami pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang di antara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi diantara mereka. Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat, dengan kata lain adalah kelompok elit di kalangan kaum muda. Kelima, seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat, memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier.
Disamping itu ada dua bentuk sumber daya yang dimiliki mahasiswa dan dijadikan energi pendorong gerakan mereka. Pertama, ialah Ilmu pengetahuan yang diperoleh baik melalui mimbar akademis atau melalui kelompok-kelompok diskusi dan kajian. Kedua, sikap idealisme yang lazim menjadi ciri khas mahasiswa. Kedua potensi sumber daya tersebut ‘digodok’ tidak hanya melalui kegiatan akademis didalam kampus, tetapi juga lewat organisasi-organisasi ekstra universitas yang banyak terdapat di hampir semua perguruan tinggi.
Dalam melakukan telaah keagamaan, mahasiswa Islam mengadopsi beberapa pemikir-pemikir Islam kontemporer, baik tokoh pemikiran Islam di Indonesia seperti Abdurrahman Wahid, Amien Rais, Nurcholish Madjid, Jalaluddin Rakhmat dan lainnya, sampai tokoh dunia Islam yang cukup berpengaruh saat ini, diantaranya Hassan Hanafi, Mohammad Arkoun, Yusuf Qardlawi, M. Abed Aljabiri, Fazlur Rahman dan masih banyak lagi. Ketajaman analisis dan disiplin dalam mempergunakan metode, membuat para tokoh tersebut dikagumi banyak kalangan mahasiswa Islam. Sampai kemudian pemikiran mereka menjadi referensi utama bagi gerakan mahasiswa Islam, bahkan tidak jarang dikritisi dan dianalisis secara mendalam.
Di Indonesia sendiri, Fachry Ali dan Bahtiar Effendymenyatakan tentang tipologi gerakan intelektualisme Islam neo-modernisme. Gerakan pemikiran neo-modernisme merupakan gerakan pemikiran Islam yang muncul di Indonesia sekitar tahun 1970-an. Gerakan ini lahir dari tradisi modernisme Islam yang terdahulu dan telah cukup mapan di Indonesia. Akan tetapi ia memakai pendekatan yang lebih khas dari sisi konsepsi maupun aplikasi ide-ide.
C.     Kesimpulan
Diantara kata kunci yang senantiasa harus dipegang ialah; bedakan arti pemurnian dan pembaharuan, bedakan arti khilafiah dan bid’ah, dan bedakan pula wilayah “agama dalam arti sempit” dengan makna kultur. Dakwah kultural yang disusun oleh Muhammadiyah merupakan bagian dan bentuk baru “modernisasi” yang dilakukan Muhammadiyah.
Segala cakupan dan rumusan arah perjuangan yang dibuat Muhammadiyah sangat modern dan sekaligus fleksibel, yang menjadikan Muhammadiyah tidak kaku dan tetap dapat menyesuaikan diri dengan tuntunan zaman. Dari sisi metodologi, apa yang dirumuskan oleh Muhammadiyah sangat modern dan berisi strategi yang terbuka untuk merumuskan dan memperjuangkan tujuan yang hendak dicapainya.
Gerakan mahasiswa Islam sebagai realitas sosial merupakan replika atau miniatur dari kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya. Polarisasi dan friksi yang terjadi pada ormas Islam ternyata memiliki akar kesejarahan yang cukup panjang. Sampai saat ini, tipologi Clifford Geertz tentang santri, priyayi dan abangan masih kental pada masyarakat sekarang.
Ideologi gerakan mahasiswa Islam pada dasarnya adalah Islam. Namun dalam perkembangan selanjutnya mengalami metamorfose seiring dengan perkembangan jaman. Dengan memahami ideologi meraka, kita dapat membaca atau menganalisa akan ke mana mereka selanjutnya.

Referensi:
1.      Adian Husaini, (online) avaible: http://www.insistnet.com - INSISTS - Institute for The Study of Islamic Thought and PCoivwileizreadtio bny Mambo, diakses pada tanggal 7 November 2010.
2.      Anonimus, (online) avaible: http://peziarah.wordpress.com/2007/02/02/pembaharuan-islam-di-indonesia/, diaskes pada tanggal 7 November 2010.
4.      Muharwan Desrin, Pembaharuan di dunia Islam”, (online) avaiblee:  http://www.dpdimmriau.co.cc/2008/10/pembaharuan-di-dunia-islam-dan.html, diakses pada tanggal 7 November 2010.



[1] Muharwan Desrin, Pembaharuan di dunia Islam”, (online) avaiblee:  http://www.dpdimmriau.co.cc/2008/10/pembaharuan-di-dunia-islam-dan.html, diakses pada tanggal 7 November 2010.
[2] Ibid.
[3] Adian Husaini, (online) avaible: http://www.insistnet.com - INSISTS - Institute for The Study of Islamic Thought and PCoivwileizreadtio bny Mambo, diakses pada tanggal 7 November 2010
[4] Anonimus, (online) avaible: http://peziarah.wordpress.com/2007/02/02/pembaharuan-islam-di-indonesia/, diaskes pada tanggal 7 November 2010.
[5] Ibid.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar