Jumat, 11 September 2009

Makalah Psikologi Perkembangan

Makalah Psikologi Perkembangan
Tentang: Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal
Oleh: KELOMPOK V
NAMA : RABIAN SYAHBANA NIM : 0711059
Semester: IV
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahhirobbil alamin wasalatu wassalamuaalai’asysyrofil anbiya wal mursalina sayyidina Muhammad wa’ala alihi washobihi ajmain.
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa penyusun haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Pembahasan tugas kali ini, penulis mencoba membahas tentang mata kuliah pengelolaan pengajaran PAI untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pengampu mata kuliah psikologi perkembangan kepada kami. Kali ini kami mencakup pembahasan tentang perkembangan masa anak-anak awal.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna untuk itu tanggapan, teguran, dan kritikan serta saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan dari teman-teman. Penulis juga berharap tugas ini bermanfaat dan dapat dipergunakan untuk mahasiswa sekalian.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Petaling, 2009
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Meskipun dasar dari tugas perkembangan yang diharapkan sudah dikuasai anak sebelum masuk sekolah diletakkan selama masa bayi, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu 4 tahun yaitu selama periode awal masa kanak-kanak. Berikut tugas perkembangan masa anak-anak awal:1.Belajar memakan makananan padat. Sampai akhir masa bayi, anak sudah belajar memakan makanan padat dan keras serta telah mencapai tingkat stabilitas fisiologis yang cukup baik2.Belajar berjalanpada saat masa bayi berakhir, semua bayi normal telah belajar berjalan meskipun dalam tingkat kecakapan yang berbeda-beda.3.Belajar berbicarameskipun sebagian besar bayi telah menambah kosa kata dan telah mampu mengucapkan kata-kata, memahami arti kata dan perintah sederhana, mampu menggabungkan beberapa kata menjadi kalimat yang berarti, namun kemampuan mereka dalam berkomunikasi dengan orang lain untuk mengerti apa yang mereka katakan masih dalam taraf rendah. Masih banyak yang belum mereka kuasai selum masuk sekolah4.Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuhtugas pokok dalam belajar mengendalikan pembuangan kotoran sudah hampir sempurna dan akan sepenuhnya dikuasai dalam satu atau dua tahun lagi. 5.Mempelajari perbedaan jenis kelaminhanya sedikit bayi yang yang mengetahui perbedaan seks dan lebih sedikit lagi yang mengetahui tentang etika seks. 6.Mempersiapkan diri untuk membaca.Di akhir masa kanak-kanak awal anak harus sudah memasuki pendidikan formal dan mulai memasuki usia sekolah. Anak harus memiliki kesiapan untuk mengikuti aktivitas rutin di sekolah termasuk mengikuti pelajaran di sekolah seperti membaca.7. Mulai membedakan benar dan salah, mulai belajar mengembangkan hati nuranipengetauan tentang benar dan salah masih terbatas pada situasi rumah dan harus diperluas dengan pengertian benar dan salah dalam hubungannya dengan orang lain di luar rumah terutama dengan tetangga, sekolah dan teman bermain. Yang terpenting anak harus meletakkan dasar-dasar untuk mengembangkan hati nurani sebagai bimbingan untuk perilaku benar dan salah. Satu hal yang sulit bagi anak adalah belajar untuk membangun hubungan emosional yang lebih matang dengan orang tua, saudara-saudaranya dan orang lain. Hal ini disebabkan karena selama masa bayi hubungannya dengan orang lain diwarnai oleh ketergantungan emosional terutama dalam pemenuhan kebutuhan kasih sayang. Anak harus belajar memberi dan menerima kasih sayang, ia harus mulai berorientasi keluar daripada dirinya sendiri.[1]
RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui perkembangan masa anak-anak awal kita harus mengetahui beberapa masalah diantaranya:
a. Perkembangan Fisik apa saja yang ada pada perkembangan masa anak-anak awal?
b. Perkembangan Kognitif apa saja yang ada pada perkembangan masa anak-anak awal?
c. Perkembangan Psikososial apa saja yang ada pada perkembangan masa anak-anak awal?
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN MASA ANAK-ANAK AWAL
Perkembangan menunjukkan sesuatu proses tertentu, yaitu proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.[2] Menurut kamus besar bahasa Indonesia awal adalah mula-mula (sekali); permulaan; yang mula-mula.[3] Masa adalah waktu; ketika; saat atau jangka waktu yang agak lama terjadinya suatu peristiwa penting atau bisa juga diartikan jangka waktu tertentu yang ada permulaan dan batasannya.[4]
Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai anak matang secara seksual, yakni kira-kira usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Selama periode ini (kira-kira 11 tahun bagi wanita dan 12 tahun bagi pria) terjadi sejumlah perubahan yang signifikasi, baik secara fisik maupun psikologi. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak akhir. Masa anak-anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari umur 6 tahun sampai saat anak matang secara seksual (Hurlock, 1980). Dalam bab ini hanya akan dibahas perkembangan masa anak-anak awal atau sering juga disebut masa prasekolah.
Pada usia 2-4 tahun, anak mulai memasuki kegiatan yang sifatnya berkaitan dengan moralitas. Kemerdekaan/kebebasan yang mestinya diberikan adalah kebebasan yang sifatnya tidak mengarah pada hal-hal yang dapat merugikan orang lain.[5] Dimulai usia 2 tahun sampai 4 tahun, pada tahapan ini anak baru mulai menggunakan pikiran dalam melihat suatu benda, untuk memahami obyek lingkungannya anak menggunakan simbol-simbol. Dalam hal ini anak sdah mampu melakukan tingkah laku simbolis, aktifnya anak tidak langsung bereaksi terhadap suatu objek yang berhubungan dengannya (stimulus-stimulus), tetapi berusaha untuk mengaktivitaskan internal, yaitu mulai mengikuti dan menanggapi apa yang dilakukan orang lain untuk dirinya maupun untuk orang lain -imitasi- begitu juga anak mampu melakukan tingkah laku berpura-pura.[6]
Menurut Yusuf (2002) pada masa usia prasekolah ini dapat diperinci menjadi dua masa, yaitu masa vital dan masa estetik; a) Masa Vital. Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya itu, tidaklah karena mulut sumber kenikmatan utama, tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi (penelitian) dan belajar. b) Masa Estetik. Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik di sini dalam arti bahwa pada masa ini, perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Kegiatan eksploitasi dan belajar anak terutama menggunakan panca inderanya, pada masa ini, indera masih peka, karena itu Montessori menciptakan bermacam-macam alat permainan untuk melatih panca inderanya. [7]
Seifert dan Haffnung membedakan tiga tipe (domain) perkembangan yaitu:
Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan biologis. Misalnya, pertumbuhan otak, otot, tulang serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan berkurangnya kekuatan otot-otot.
Perkembangan kognitif mencakup perubahan-perubahan dalam berpikir, kemampuan berbahasa yang terjadi melalui proses belajar.
Perkembangan psikososial berkaitan dengan perubahan-perubahan emosi dan identitas pribadi individu, yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan keluarga, teman-teman dan guru-gurunya. Ketiga domain tersebut pada kenyataannya saling berhubungan dan saling berpengaruh.[8]
A. Perkembangan Fisik
Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lamat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa anak-anak pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun keterampilan-keterampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.[9]
Tinggi dan Berat
Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci dan beratnya 21,5 kg (Mussen, Conger, dan Kagan, 1969). Ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, persentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin langsing sementara batang tubuh mereka makin panjang.
Perkembangan Otak
Di antara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa (Yeterian dan Pandya, 1988). Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan di antara deaerah-daerah otak.(Hal. 128)
Nutrisi dan stimulasi turut ambil peran membantu mengoptimalkan perkembangan otak anak. Nutrisi dan rangsangan (stimulasi) memadai mesti diberikan kepada bayi dalam dua tahun awal hidupnya supaya otak anak dapat tumbuh dan berkembang optimal. Jika hanya memberikan nutrisi tanpa stimulasi maka itu tidak akan mencukupi.[10]
Perkembangan Motorik.
Perkembangan fidik pada masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan-pelan, melompat berjingkrak, berlari kesana kemari, memanjat, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih halus dan bervariasi. Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik kasarKemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh.Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
Perkembangan motorik halusAdapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.[11]
Tabel Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal
Usia/Tahun
Motorik Kasar
Motorik Halus
2.5 – 3.5



3.5 – 4.5





4.5 – 5.5
Berjalan dengan baik; berlari lurus kedepan; melompat.


Berjalan dengan 80% langkah orang dewasa, berlari 1/3 kecepatan orang dewasa; melempar dan menangkap bola besar, tetapi lengan masih kaku.
Menyeimbangkan badan di atas satu kaki; berlali jauh tanpa jatuh; dapat berenang dalam air yang dangkal.
Meniru sebuah lingkaran; tulisan cakar ayam; dapat makan menggunakan sendok; menyusun beberapa kotak.
Mengancingkan baju,, meniru bentuk sederhana; membuat gambar sederhana.



Menggunting; menggambar orang; meniru angka dan huruf sederhana; membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak.
Sumber: Roberton & Halverson (1984)[12]

B. Perkembangan Kognitif
Sering dengan meningkatkannya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan situasi baru diasiosasiakn dengan art tang telah dipelajari selama masa bayi.
Perkembangan Kognitif Menurut Teori Piaget
Sesuai dengan teori kognitif Piaget, maka perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 himgga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan semakin melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Tetapi, sebagai “pra” dalam istilah “praoperasional”, menunjukkan bahwa pada tahap ini teori Piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran anak. Istilah “operasional” menunjukkan pada aktivitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya.[13]
Subtahap Prakonseptua (2-4 tahun)
Pada tahap subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk menggambarkan atau membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada (tidak terlihat) dengan sesuatu yang lain. Misalnya, pisau yang terbuat dari plastik adalah sesuatu yang nyata, mewakili pisau yang sesungguhnya.
Subtahap Intuitif (4-7 tahun)
Dalam subtahapini, meskipun aktivitas mental tertentu (seperti cara-cara mengelompokkan, mengukur atau menghubungkan objek-objek) terjadi, tetapi anak-anak belum begitu sadar mengenai prinsop-prinsip yang melandasi terbentuknnya aktivitas tersebut. Walaupun anak dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan aktivitas ini, namun ia tidak bisa menjelaskan alasan yang tepat untuk pemecahan suatu masalah menuurut cara-cara tertentu.
Jadi, walaupun simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses pealaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan tertentu.
Perkembangan Persepsi
Meskipun persepsi telah berkembang sejak awal kehidupan, namun hingga masa anak-anak awal atau prasekolah, kemampuan atau kapasitas mereka untuk memproses informasi masih terbatas. Kadang-kadang anak usia prasekolah dapat merasakan stimulus penglihatan dan pendengaran seperti yang dirasakan oleh orang dewasa, tetapi di lain waktu mereka tidak dapat merasakannya. Anak-anak prasekolah dapat membuat penilaian perseptual sederhana (seperti membedakan isi dari dua gelas tadi) sebagaimana yang dapt dilakukan oleh orang dewasa, sepanjang penilaian itu melibatkan memori atau reorganisasi kognitif yang relatif kecil. Tetapi penilaian yang membutuhkan pemikiran yang lebih kompleks, anak prasekolah sering mengalami banyak kesalahan dalam apa yang mereka lihat dan dengar. Hal ini karena perhatiannya dibelokkan jauh dari stimulus nyata kepada pemrosesan stimulus ini.[14]
Perkembangan Memori
Dibandingkan dengan bayi, mengukur anak-anak jauh lebih mudah, karena anak-anak telah dapat memberikan reaksi secara verbal. Meskipun demikian, tugas-tugas anak masih sangat sederhana, karena mungkin anak mengalami kesulitan dalam memahami perimtah-perintah dari tugas-tugas itu, dan mereka mungkin tidak mampu mengidentifikasi stimulus tertentu (seperti huruf-guruf alfabet). Berikut ini akan diuraikan beberapa komponen penting dari memori anak-anak usia prasekolah, terutama memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
Memori Jangka pendek
Dalam memori jangka pendek, individu menyimpan informasi selama 15 – 30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Memori jangka pendek ( short-term memory) ini sering diukur dalam rentang memori (memory span), yaitu jumlah item yang dapat diulang kembali dengan tepat sesudah satu penyajian tunggal. Menurut Matlin (1994), dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar atau dengan orang dewasa, anak yang lebih kecil lebih mungkin untuk menyimpan materi berupa visual dalam ingatan jangka pendeknya[15]
Memori Jangka Panjang
Pada umumnya anak-anak yang masih kecil memiliki kemampuan memori rekognisi (suatu kesadaran bahwa suatu objek, seseorang atau suatu peristiwa itu sudah dikenalnya, atau pernah dipelajarinya pada masa lalu) tetapi kurang mampu dalam memori recall (proses memanggil atau menimbulkan kembali dalam ingatan sesuatu yang telah dipelajari).


Perkembangan Atensi
Atensi (attention) atau perhatian merupakan sebuah konsep multidimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan cara-cara merespons dalam sisitem kognitif (Parkin, 2000). Atensi pada anak telah berkembang sejak masa bayi. Aspek-aspek atensi yang berkembang selama bayi ini memiliki arti yang sangat penting selama tahun-tahun prasekolah.[16]
Perkembangan Metakognitif
Sebagai anak yang mulai tumbuh menjadi lebih besar, mereka berusaha mengetahui tentang pikirannya sendiri, tentang bagaimana belajar dan mengingat situasi-situasi yang dialami setiap hari, dan bagaimana seseorang dapatr meningkatkan penilaian kognitif mereka. Para ahli psikologi menyebut tipe pengetahuan ini dengan metakognitif (metacognitif), yaitu tentang kognisi (Wellman,1988). Menurut Margaret W. Matlin (1994), metakognitif adalah “knowledge and awareness about cognitive processes –or our thoughts about thinking.” Jadi yang dimaksud dengan metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi atau kesadaran kita tentang pemikiran.[17]
Perkembangan Bahasa
Schaerlaekens (1977), membedakan perkembangan bahasa pada masa awal anak-anak ini atas tiga, yaitru periode pra-lingual (kalimat-satu-kata), periode lingual-awal (kalimat-dua-kata) dari 1 hingga 2,5 tahun, dan periode differensiasi (kalimat-tiga-kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecakapan verbal) (Monks, Knoers & Haditono,2001).
Unit dasar suatu bahasa adalah kata-kata. Tiap kata dibentuk dari fenom, yaitu suara yang berhubungan dengan huruf-huruf abjad. Setiap bahasa mempunyai aturannya sendiri, yng mengatur hubungan fenom; beberapa kombinasi diprbolehakan dan yang lain tidak. Dalam bahasa Inggris misalnya tidak ada kata-kata yang dimulai dengan ng, zb, atau tn, walaupun suara kombinasi ini terdapat dalam bahas lain. Untuk mengerti dan berkomunikasi anak-anak harus dapat mendengar, menghasilkan suara-suara tertentu dan kombinasi suara dari bahasa mereka seperti dilakukan orang dewasa.[18]
Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak-anak prasekolah, dapat digunakan indeks perkembangan bahasa yang dikembangkan oleh Roger Brown (1973), yang dikenal dengan Mean lenght of Utterances (MLU), yaitu sebuah indek perkembangan bahasa yang didasarkan atas jumlah kata dalam kalimat.[19]
Tabel Tahap-tahap Perkembangan Bahasa
Tahap
Usia/Bulan
Mean Lengh of Utterance (MLU)
Karateristik
Kalimat Khas
I



II





III






IV





V
12-26



27-30





31-34






35-40





41-46
1-2



2-2,5





2,5-3






3-3,75





3,75-50
Perbendaharaan kata terdiri atas kata benda dan kata kerja, dengan sedikit kata sifat dan kata bantu.
Kalimat-kalimat anak lebih kompleks, kata majemuk terbentuk, mereka menggunakan preposisi, kata kerja tidak beraturan, tensisi, bentuk jamak.
Muncul pertanyaan-pertanyaan “Ya-Tidak’, “siapa, apa, dimana”, kata-kata negatif (tidak) dan kata-kata imperatif (perintah-permohonan) digunakan.
Perbendaharaan kata meningkat, penggunaan tat bahasa lebih konsisten, mengaitkan kalimat yang satu di dalam kalimat yang lain.
Kalimat lebih kompleks dengan menggabungkan 2 atau lebih kalimat, kalimat-kalimat sederhana dan hubungan-hubungan proposisi terkoordinasi.
“Dada Mama”, “Dada Papa”, “Anjing besar”.

“boneka tidur”, “mereka cantik”, “susu habis”.



“Ayah pulang”, “Susi ngga mau susu”.




“Itu mobil yang baru ibu beli untukku”, “kukira itu merah”.

“Aku ke rumah Bob dan makan es krim”, “Aku mau kelinci karena lucu”.
Sumber: Santrock (1995); Lerner & Hultsch (19983)

C. Perkembangan Psikososial
Di samping perkembangan fisik dan kognitif masa awal anak-anak juga ditandai dengan perkembangan psikososial yang cukup pesat. Ada beberapa aspek penting perkembangan psikososial yang terjadi pada masa awal anak-anak, di antaranya permainan, hubungan dengan orang lain, dan perkembangan moral.
1. Perkembangan Permainan
Pemainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas lain. Para peneliti di Baylor College of Medicine menemukan bahawa apabila anak-anak jarang diajak bermain atau dibacakan buku perkembangan otaknya 20% atau 30% lebih kecil daripada ukuran normalnya pada usia itu.[20]
a. Fungsi Permainan
Permainan mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan anak-anak. Hetherington dan Parke (1979), menyebutkan tiga fungsi utama dari permainan, yaitu:
Fungsi Kognitif Permainan membantu perkembangan kognitif anak. Melalui pemainan, anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di sekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.
Fungsi Sosial Permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak.
Fungsi Emosi Permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin. John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri.[21]
b. Jenis-jenis Permainan
para pakar teori kognitif mengidenfikasikan 4 macam permainan yang berkambang sejalan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif (Seifert dan Hoffnung, 1994). Keempat permainan itu adalah:
Permainan fungsional (Functional Play). Permainan fungsional terjadi selama periode sensorimotorik, yang ditunjukkan dengan gerakan yang diulang-ulang, seperi gerakan-gerakan tangan dan kaki pada bayi, dan da terfokus pada badan sendiri. Bagi anak-anak prasekolah, permainan fungsional terlihat ketika mereka berlali-lari di sekitar arena permainan tanpa suatu alasan yang jelas kecuali hanya kesenangan berlari semata.
Permainan Konstruktif (constructive play). Permainan konstruktif adalah suatu bentuk permainan dengan menggunakan objek-objek fisik untuk membangun atau membuat sesuatu.
Permainan Dramatik (dramatic play). Permainan dramatik adalah suatu bentuk permainan yang dilakukan secara berpura-pura; yang dimulai ketika anak dapat mensimbolisasi atau menghadirkan objek-objek secara mental.
Permainan dengan aturan (games with play). Permainan dengan aturan (games with rules) adalah permainan yang melibatkan aturan-atruran tertentu dan seringkali berkompetisi dengan satu atau lebih orang.
Bila dilingkungan tempat anak hidup membatasi kesempatan bermain dengan anak lain, minat terhadap teman bermain mulai berkurang dan minat lain akan menggantikannya.[22]
2. Perkembangan Hubungan dengan Orang Tua
Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh oang tua. Studi klasik tentang hubungan orang tua dan anak yang dilakukan oleh Diana Baumrind, 1972 (dalam Lerner dan Hultsch, 1983) merekomondasikan tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam tingkah laku sosial anak, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif.
a. Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting) adalah salah satu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersikap responsif, menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan.
b. Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting) adalah salah satu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntu anak untuk mengikuti perintah-perintang orang tua.
c. Pengasuhan permisif (permissive parenting) gaya pengasuhan permisif dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu pertama, pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat sangat telibat dalam kehidupan anak, tetapi menempatkan sedikit batas atau kendali atas mereka. Kedua, pengasuhan permissive-indifferent, yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.
Keadaan Sosio-Ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya itu sangat luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya.[23]
Sumber informasi terpenting bagi anak adalah orangtua, sebagai orangtua. menjawaban jawaban terhadap segala pertanyaan anak yang mana rasa ingin tahunya sedang berada di puncaknya ini akan menjadi informasi yang melekat kuat di dalam diri anak. Yang perlu diingat adalah sikap orangtua dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kesalahan sikap dalam menjawab akan mematikan rasa ingin tahu anak, dan akan menyebabkan anak menutup diri untuk menerima informasi-informasi dari luar.[24]
3. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Sejumlah penelitian telah merekomondasikan betapa hubungan sosial dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan anak. Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia diluar keluarga. Mereka menggunakan orang lain sebagai tolak ukur untuk membandingkan dirinya. Proses pembandingan sosial ini merupakan dasar bagi pembentukan rasa harga diri dan gambaran diri anak (Hetherington dan Parke, 1981).
4. Perkembangan Gender
Gender merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi perkembangan sosial pada masa awal anak-anak. Istilah gender dimaksudkan sebagai tingkah laku dan sikap yang diasiosisasikan dengan laki-laki atau perempuan. Kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam perkembangan gender (Shepherd-Look, 1982). Pertama, anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender, yaitu ras laki-laki atrau perempuan. Kedua, anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki. Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah.
Anak prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atauwanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakkaan dirinya).[25]
a. Tren Perkembangan Gender Selama Masa Awal Anak-anak
Pada umumnya anak usia 2 tahun sudah dapat menerapkan lael laki-laki atau perempuan secara tepat atas dirinya sendiri dan orang lain. Meskipun demikian, pada usia ini anak belum memahami ketetapan gender (gender constancy). Konsepnay tentang gender lebih didasarkan pada ciri-ciri fisik, seperti pakaian, model rambut, atau jenis permainan.-
5 .Perkembangan Moral
Seiring dengan perkembangan sosial, anak0anak usia prasekolah juga mengalami perkembangan moral. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995).
Teori Psikoanalisa tentang Perkembangan Moral
Dalam menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah kepribadian yang terdiri atas aspek sosial yang berisikan sistem nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan “benar” atau “salahnya” sesuatu.
Teori Belajar-Sosial tentang Perkembangan Moral
Teori belajar sosial melihat tingkah laku moral sebagai respons atas stimulus. Dalam hal ini, proses-proses penguatan, penghukuman, dan peniruan digunakan untuk menjelaskan prilaku moral anak-anak. Bila anak diberi hadiah atas prilaku yang sesuai dengan aturan dan kontrak sosial, mereka akan mengulangi prilaku tersebut. Sebaliknya, bila mereka dihukum atas prilaku yang tidak bermoral, maka prilaku itu akan berkurang atau hilang.
Teori Kognitif Piaget tentang Perkembangan Moral
Teori Kognitif Piaget mengenai perkembangan moral melibatkan prinsip-prinsip dan proses-proses yang sama dengan pertmbuhan kognitif yang ditemui dalam teorinya tentang perkembangan intelektual. Bagi Piaget, perkembangan moral digambarkan melalui aturan permainan. Karena itu, hakikat moralitas adalah kecenderungan untk menerima dan menaati sistem peraturan. Berdasarkan hasil observasinya terhadap aturan-aturan permainan yang digunakan anak-anak, Piaget menyimpulkan bahwa pemikiran anak-anak tentang moralitas dapat dibedakan atas dua tahap, yaitu tahap heteronomous morality dan autonomous morality (Siefert & Hoffnung, 1994).
Teori Kohlberg tentang Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.
Tingkat dan Tahap Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
Tingkat
Tahap
1. Prakonvensional Moralitas
Pada level ini anak mengenal moralitas berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan, yaitu menyenangkan (hadiah) atau menyakitkan (hukuman). Anak tidak melanggar aturan karena takut akan ancaman hukuman dari otoritas.
2. Konvensial
Suatu perbuatan dinilai baik oleh anak apabila mematuhi harapan otoritas atau kelompok sebaya.
3. Pasca-konvensional
Pada level ini aturan dan intuisi dari masyarakat tidak dipandang sebagai tujuan akhir, tetapi diperlukan sebagai subjek. Anak menaati aturan untuk menghindari hukuman.

1. Orientasi Kepatuhan dan Hukuman
Pemahaman anak tentang baik dan buruk ditentukan otoritas. Kepatuhan terhadap aturan adalah untuk menghindari hukuman dan otoritasi.
2. Orientasi hedonistik-instrumental
Suatu perbuatan dinilai baik apabila berfungsi sebagai instrumen untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan diri.
3. Orientasi anak yang baik
Tindakan beriontrasi pada orang lain. Suatu perbuatan dinilai baik apabila menyenangkan bagi orang lain.
4. Orientasi keteraturan dan otoritas.
Perilaku yang dinilai baik adalah menunaikan kewajiban, menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban sosial.
5. Orientasi kontrol sosial-legalistik
Ada semacam perjanjian antara darinya dan lingkungan sosial. Perbuatan dinilai baik apabila sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
6. Orientasi kata hati
Kebenaran ditentukan oleh kata hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika universal yang bersifat abstrak dan penghormatan terhadap martabat manusia.

BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lamat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa anak-anak pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun keterampilan-keterampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat. Meliputi tinggi dan berat, perkembangan otak, dan perkembangan motorik.
Sering dengan meningkatkannya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan situasi baru diasiosasiakn dengan art tang telah dipelajari selama masa bayi. Meliputi perkembangan kognitif menurut teori piaget perkembangan persepsi, perkembangan memori, perkembangan atensi, perkembangan metakognitif, dan perkembangan bahasa.
Di samping perkembangan fisik dan kognitif masa awal anak-anak juga ditandai dengan perkembangan psikososial yang cukup pesat. Ada beberapa aspek penting perkembangan psikososial yang terjadi pada masa awal anak-anak, di antaranya permainan, hubungan dengan orang lain, dan perkembangan moral.

Saran
Berkaitan dengan pembahasan makalah ini, maka pemakalah sekaligus menyarankan agar: Melalui pembahasan makalah ini, pemakalah mengharapkan dari semua pihak, terutama aktifis STAIN SAS Bangka-Belitung untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Agar kedepannya makalah yang dibuat akan menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1) Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005
2) Baraja, Abu Bakar. Psikologi perkembangan Tahapan-tahapan dan Aspek-aspeknya. Jakarta: Studia Press. 2005
3) Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2005
4) Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT. Remaja rosdakarya. 2006
5) Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. 2004
6) Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 1987
7) Mussen, Paul Henry, dkk. Perkembangan dan Kepribadian Anak edisi keenam jilid satu. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. 1984
8) Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara. 2006
9) Siswono, ”Nutrisi dan Stimulasi Optimalkan Perkembangan Otak Anak”. (online) avaible: http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1202802711,8514 (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)
10) Sumantri, Mulyani. ”Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ”. (online) avaible: http://massofa.wordpress.com/2008/01/13/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/ (diakses pada tanggal 1 Mei 2009).
11) Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
12) Anonimus. ”Ciri-Ciri Masa Awal Kanak-Kanak”. (online) avaible: http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/ciri-ciri-masa-awal-kanak-kanak/ (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)
13) Anonimus. “ONLI : Makanan TERPENTING untuk Perkembangan Otak dan Kecerdasan Anak”. (online) avaible: http://info.balitacerdas.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=39 (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)
14) Anonimus. “Peran keluarga dan sekolah terhadap perkembangan emosi”. (online) avaible: http://aflah.wordpress.com/2008/01/31/peran-keluarga-dan-sekolah-terhadap-perkembangan-emosi/ (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)

15) Anonimus. ”Perkembangan anak”. (online) avaible: http://www.anneahira.com/kesehatan-anak/index.htm (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)
16) Anonimus. “Perkembangan masa anak-anak awal”. (online) avaible: http://onno95.blogspot.com/2008/03/perkembangan-masa-anak-anak-awal-early.html (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)
17) Anonimus. “Perkembangan otak anak dari membaca”. (online) avaible: http://tips-dunia-anak.blogspot.com/2008/01/perkembangan-otak-anak-dari-membaca.html. (diakses pada tanggal 1 Mei 2009)

[1]Anonimus “Perkembangan masa anak-anak awal”, (online) avaible: http://onno95.blogspot.com/2008/03/perkembangan-masa-anak-anak-awal-early.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[2] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hal. 1.
[3] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 78.
[4] Ibid, Hal. 717.
[5] Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 81.
[6] Abu Bakar Baraja, Psikologi perkembangan Tahapan-tahapan dan Aspek-aspeknya, (Jakarta: Studia Press, 2005), hal. 40-41.
[7]Anonimus ”Ciri-Ciri Masa Awal Kanak-Kanak”, (online) avaible: http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/ciri-ciri-masa-awal-kanak-kanak/, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[8] Mulyani Sumantri, ”Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ”, (online) avaible: http://massofa.wordpress.com/2008/01/13/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak/, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[9] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2006), hal. 127.
[10]Siswono, ”Nutrisi dan Stimulasi Optimalkan Perkembangan Otak Anak”, (online) avaible: http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1202802711,8514, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[11]Anonimus ”Perkembangan anak”, (online) avaible: http://www.anneahira.com/kesehatan-anak/index.htm, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[12] Desmita, op. cit., hal. 129.
[13] Desmita, op. cit., hal. 130.
[14] Desmita, op. cit., hal. 133.
[15] Desmita, op. cit., hal. 135.
[16] Desmita, op. cit., hal. 136.
[17] Desmita, op. cit., hal. 137.
[18] Paul Henry Mussen, dkk, Perkembangan dan Kepribadian Anak edisi keenam jilid satu, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1984), Hal. 164.
[19] Desmita, op. cit., hal. 139.
[20]Anonimus “Perkembangan otak anak dari membaca”, (online) avaible: http://tips-dunia-anak.blogspot.com/2008/01/perkembangan-otak-anak-dari-membaca.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[21]Anonimus “Peran keluarga dan sekolah terhadap perkembangan emosi”, (online) avaible: http://aflah.wordpress.com/2008/01/31/peran-keluarga-dan-sekolah-terhadap-perkembangan-emosi/, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[22] Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1987), Hal.114.
[23] Dr. W.A. Gerungan, Dipl.Psych, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2004), Hal. 196
[24]Anonimus “ONLI : Makanan TERPENTING untuk Perkembangan Otak dan Kecerdasan Anak”, (online) avaible: http://info.balitacerdas.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=39, diakses pada tanggal 1 Mei 2009.
[25] Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Hlm. 162-163

Tidak ada komentar:

Posting Komentar