Rabu, 07 Juli 2010

Praktek Penelitian Pendidikan: bab I


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dan terbuka demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural (budaya), dan kemajemukan bangsa.[1] Peranan pendidikan harus dilihat dalam konteks pembangunan secara menyeluruh, yang berguna membentuk manusia sesuai dengan cara-cara bangsa.[2]
Kualitas pendidikan di Indonesia mengalami pasang surut. Perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia masih dikategorikan rendah baik di tingkat dunia maupun di tingkat Asia Tenggara. Meskipun telah dilakukan upaya, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pihak swasta untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah diantaranya :
1)      Perubahan sistem pendidikan yang berkali-kali, baik mengenai substansi materi maupun organisasi pendidikan;
2)      Peningkatan kualitas pendidik/SDM melalui diklat;
3)      Pengadaan materi dan media pembelajaran;
4)      Perbaikan sarana prasarana pembelajaran, dan
5)      Upaya peningkatan manajemen sekolah.
Terbitnya UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, yaitu perubahan dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan. UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendi¬dikan Nasional, UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada era desentralisasi, budaya pendidikan telah memberikan kewenangan lebih kepada Kepala Sekolah untuk melaksanakan pengelolaan pendidikan agar lebih baik, merata dan produktifitas tinggi.[3]
Berdasarkan fakta masih banyak kepada sekolah yang bertujuan hanya semata mencapai jabatan dan masih banyak yang belum berprofesi sebagai pemimpin sebatas bekerja sesuai dengan aturan saja atau memenuhi target kerja. Namun sebenarnya diperlukan suatu pengetahuan, kemampuan, seni, prediksi, dan ketepatan dalam bertindak atau mengambil keputusan.
Dalam peningkatan kualitas sebuah lembaga pendidikan sudah suatu syarat wajib untuk adanya ke-eksistensialisme perpustakaan. Perpustakaan atau sering disebut dengan “rumahnya gudang ilmu” merupakan kumpulan dari berbagai jenis buku yang mempunyai peran khusus yang ikut menunjang keilmuan di dalam lembaga pendidikan. Jika suatu lembaga pendidikan tidak mempunyai perpustakaan, maka bisa dikatakan sebuah lembaga pendidikan tersebut tidak lengkap.
every reader his book” dengan kata-kata ini S.R. Rangathan menguraikan salah satu dari fungsi utama perpustakaan adalah mengusahakan agar para pembaca dan pelajar sedapat mungkin dibimbing secara langsung ke bahan yang diperlukannya. Berbagai cara digunakan untuk tujuan itu, satu diantaranya adalah klasifikasi. Klasifikasi bahan perpustakaan (buku, film, rekaman suara dan lain media) berarti penyusunan sedemikian rupa, sehingga karya tentang tertentu terkumpul bersama. Bagian klasifikasi seperti yang satu ini adalah pendaftaran sebanyak yang mencakup dunia pengetahuan (atau sebagian dari padanya) dalam susunan yang sistematis dan menggunakan motivasi atau symbol yang dibutuhkan pada buku memudahkan penyusunannya.[4]
Dengan adanya perpustakaan kegiatan belajar-mengajar di sebuah sekolah akan lebih berwarna karena selain buku-buku yang didapat langsung dari sekolah yang bersangkutan, para peserta didik juga dapat mendapatkan ilmu dari buku-buku yang berada di perpustakaan. Kegunaan perpustakaan sangat menonjol jika koleksi perpustakaan itu lengkap atau setidaknya sesuai dengan standar fasilitas perpustakaan.
Sudah lazim diketahui bahwa keberadan perpustakaan bukan saja penting untuk menunjang kebutuhan bahan bacaan bagi para murid di sekolah. Lebih dari itu, perpustakaan dipandang sebagai fasilitas yang amat vital bagi perkembangan seluruh komunitas di sekolah. Pihak kementrian urusan agama RI juga mengakui, meskipun sudah ada kucuran dana bagi sekolah-sekolah sasaran untuk mengadakan perpustakaan dan melengkapi koleksinya, ternyata sejauh ini belum pernah dilakukan pelatihan khusus dengan para guru untuk dapat mengelola perpustakan di sekolah secara efektif.[5]
Kenyataan saat ini dengan banyaknya tuntunan yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium, atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.[6]
Perpustakaan sendiri menyimpan berbagai jenis koleksi ada yang umum hingga yang khusus. Yang mana biasanya terdiri ilmu-ilmu umum seperti bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial (IPS), dan lain sebagainya. Sedangkan untuk koleksi yang khusus seperti buku cerita, buku keterampilan, dan masih banyak lainnya. Karena itulah sebuah perpustakaan harus memiliki koleksi yang lengkap dan harus sesuai dengan banyaknya peserta didik di sebuah lembaga pendidikan.
Gaya kepemimpinan Kepala Sekolah masih diwarnai oleh gaya paternalistik, yang terlihat adalah gejala bahwa adanya gagasan yang dianggap dari Kepala Sekolah harus dihargai, dihormati, dan bahkan harus dilaksanakan. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas sekolah harus mendapat dukungan dari berbagai pihak dengan cara mengelola komponen-komponen, baik yang berada di dalam maupun di luar lingkungan pendidikan.
Perubahan sistem pendidikan terjadi dalam proses yang relatif cepat sehingga membuat banyak pendidik/guru perlu beradaptasi diri terutama pada budaya organisasi sekolah.
Budaya organiasi sekolah dengan sistem tradisional masih melekat pada perilaku sumber daya manusia yang ada.[7]

B.     Rumusan Masalah
Untuk mengetahui tentang betapa pentingnya keberadaan perpustakaan dalam sebuah lembaga pendidikan maka ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas diantaranya:
1.      Bagaimana kepala MAN Pangkalpinang mempersepsikan pentingnya perpustakaan di sekolah dalam proses pendidikan?
2.      Bagaimana kinerja kepala Madrasah dalam pengelolaan perpustakaan?
C.    Tujuan Penelitian
Mengingat tujuan merupakan salah satu arah dari kegiatan, maka tujuan harus ditentukan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah:
1.      Untuk mengetahui tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab dengan kegunaan sebuah perpustakaan, dalam hal ini adalah kepala sekolah.
2.      Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam memperbanyak koleksi buku di sekolahnya.

D.    Manfaat Penelitian
Dalam kegiatan penelitian ini, penulis mengharapkan dari penelitian ini dapat bermanfaat:
1.       Bagi kepala sekolah agar  dapat meningktkan kinerjanya dalam meningkatkan kualitas sebuah perpustakaan.
2.       Bagi pendidik dan peserta didik pengguna perpustakaan  dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam memilih buku yang akan digunakan sebagai sumber belajar.

E.     Kajian Pustaka
Setiap pendirian sebuah sekolah haruslah mempunyai standar yang dijadikan patokan. Standar artinya kriteria minimal. Menerapkan standar berarti menggunakan kriteria berdasarkan kriteria mutu. Dalam pengelolaan pendidikan Indonesia kriteria minimal itu adalah standar nasional pendidikan. Kriteria minimal sama dengan batas minimal mutu yang menjadi patokan target pencapaian yang ditetapkan satuan pendidikan, idealnya di atas standar nasional. Menurut Crosby, mutu itu memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. Esensi mutu adalah belajar mengenai bagimana sesuatu yang kita kerjakan dengan cara yang benar dan menghasilkan produk yang lebih baik. Mutu berarti juga menemukan sesuau apa yang kita harapkan melalui perubahan sehingga produknya memenuhi harapan pengguna. Mutu berarti memahami apa yang anda harapkan dan bagaimana anda hendak mewujudkannya.[8]
Memang dalam sebuah lembaga pendidikan keberadan sebuah perpustakaan merupakan bagian yang tak terpisahkan. Sebagaimana yang tercantum di Undang-Undang Dasar 1945 pasal 20 dan pasal 22 tentang pendidikan oleh karena itu harus adanya peningkatan fasilitas sebuah lembaga pendidikan dengan kata lain yaitu perpustakaan.
Perpustakaan setelah memiliki memiliki peranan dan fungsi yang bersifat multidimensional. Dewasa ini informasi dan pengetahuan berkembang demikian pesatnya, untuk itu diperlukan usaha yang sistematis untuk menghimpun, menata, dan menyajikan seluruh informasi itu dengan cara-cara tertentu yang memudahkan para guru dan murid-murid untuk mengakses informasi, untuk belajar atau sekedar bersenang-senang. Karena konsekuensinya akan tetap ada demi tujuan penyebarluasan ilmu pengetahuan.[9]
Daerah yang realatif kurang efesien untuk pengembangan seperti daerah terpencil dan daerah kepulauan yang sukar dicapai karena kendala komunikasi, seakan-akan ketinggalan dibandingkan dengan daerah-daerah perkotaan atau perdesaan lainnya yang lebih beruntung karena sarana komunikasinya.[10] Memang salah satu kendala yang harus dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan adalah kendala komunikasi dan itu harus segera diselesaikan oleh pihak sekolah.
Dalam penelitian ini penulis lebih mengutamakan bagaimana pihak yang bertanggung jawab dengan adanya perpustakaan mempertahankan kegunaannya dan upaya-upaya dalam meningkatkan koleksi buku yang ada di perpustakaan. Yang mana peran kepala sekolah dan pustakawan mempunyai peran yang sangat penting dan itu adalah sebuah beban yang harus ditanggung agar citra sekolah yang menyangkut fasilitasnya tersedia dan lengkap.

F.     Kerangka Teoritis
Kepala sekolah berperan penting dalam pengembangan perpustakaan sebab kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam seluruh aspek dalam sekolah tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana”.[11]
Sarana dan prasarana didalam PP tersebut tentu saja salah satunya tentang perputakaan. Dalam pengembangan perpustakaan sekolah, kepala sekolah ditugaskan untuk mengawasi dan meningkatkan kualitas perpustakaan dalam hal jumlah buku, pelayanan, dan pengguna perpustakaan.
Penulis meneliti tentang perpustakaan karena mengingat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Di dalam UU tersebut yang mana dari bagian a sampai d menjelaskan;
a.       Bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional;
b.      Bahwa sebagai salah satu upaya untuk memajukan kebudayaan nasional, perpustakaan merupakan wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa;
c.       Bahwa dalam rangka meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa, perlu ditumbuhkan budaya gemar membaca melalui pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi yang berupa karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam;
d.      Bahwa ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan perpustakaan masih bersifat parsial dalam berbagai peraturan sehingga perlu diatur secara komprehensif dalam suatu undang-undang tersendiri;[12]
Dalam manifesto perpustakaan sekolah dengan semboyang “Perpustakaan sekolah dalam pengajaran dan pembelajaran untuk semua” yang dikeluarkan oleh IFLA (Internasional Federation of Library Associations) dan UNESCO (2000) ditegaskan bahwa: “Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide-ide yang merekam dasar keberhasilan fungsional dalam masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan daninformasi. Perpustakaan sekolah membekali murid keterampilan pembelajaran sepanjang hayat serta mengembangkan imajinasi mereka, sehingga mereka dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab”.[13]
Atas dasar diataslah penulis ingin meneliti tentang perpustakaan agar pemanfaatan dan kelengkapan sebuah perpustakaan di sebuah lembaga pendidikan benar-benar dilakukan baik itu dalam keberadaannya maupun dalam kelengkapannya.
G.    Metodologi
a.      Jenis Penelitian
Penelitian ini berjenis penelitian lapangan yang mana dalam menghimpun data di lapangan menggunakan teknik survey dengan cara wawancara dan dokumentasi.
b.      Sumber Data
Untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam penelitian akan diambil dari beberapa sember, seperti:
a)      Dari Kepala Sekolah MAN Pangkalpinang.
b)      Dari data-data kepustakaan di MAN Pangkalpinang.

c.       Teknis Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan beberapa macam teknik atau alat metode antara lain:
a)      Interview atau wawancara, yaitu suatu langkah yang dilakukan dengan berdialog dan berkomunikasi langsung dengan kepala sekolah dan pustakawan di MAN Pangkalpinang.
b)      Dokumentasi, teknik atau alat ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung, seperti data tentang fasilitas penunjang perpustakaan di MAN Pangkalpinang.

d.      Teknis Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang akan digunakan adalah berupa data primer dan sekunder. Adapun data primer didapat dengan cara mewancarai langsung kepala sekolah. Sedangkan data sekunder adalah berupa berkas-berkas tentang perpustakaan tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar