Rabu, 07 Juli 2010

Praktek Penelitian Pendidikan: bab II # C


C. Tingkat Perkembangan Perpustakaan
Kita semua menyadari bahwa kemajuan suatu bangsa amat bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan. Salah satu sarana dalam menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah dan pembelajaran di masyarakat adalah perpustakaan.  Perpustakaan menjadi pusat sumber belajar bagi warga sekolah.
Perpustakaan sekolah dewasa ini bukan hanya merupakan unit kerja yang menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi murid, tapi juga merupakan bagian yang integral dalam pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan mengadakan bahan bacaan bermutu yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain, misalnya berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah.
Wujud perubahan dan perkembangan yang paling aktual saat ini adalah makin tingginya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, dan gencarnya tuntutan kebijakan pendidikan yang meliputi peningkatan aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu, efisiensi dan relevansi.
Pada bagian lain, Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2002) dengan mengutip dari Dirawat mengemukakan tentang pemikiran Bogdan bahwa: ”dalam perspektif peningkatan mutu pendidikan terdapat empat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan, yaitu :
(1) kemampuan mengorganisasikan dan membantu staf di dalam merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang lengkap;
(2) kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri sendiri dari guru-guru dan anggota staf sekolah lainnya;
(3) kemampuan untuk membina dan memupuk kerja sama dalam mengajukan dan melaksanakan program-program supervisi; dan
 (4) kemampuan untuk mendorong dan membimbing guru-guru serta segenap staf sekolah lainnya agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab berpartisipasi secara aktif pada setiap usaha-usaha sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah itu sebaik-baiknya.”
Wildavsky (Sudarwan Danim, 2002) mengemukakan bahwa salah satu preposisi tentang kebijakan pendidikan bagi kepala sekolah atau calon kepala sekolah, bahwa “kompetensi  minimal seorang kepala sekolah adalah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang keadministrasian sekolah; keterampilan hubungan manusiawi dengan staf, siswa dan masyarakat, dan keterampilan teknis instruksional dan non instruksional.” Hal serupa dikemukakan oleh Kantz dalam Segiovanni (Sudarwan Danim, 1995) bahwa dalam keseluruhan mekanisme kerja manajemen sekolah sebagai proses sosial, mengemukan tiga jenis keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh kepala sekolah, yaitu :
 (1) keterampilan teknis, yakni keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, metode, dan teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu;
(2) keterampilan manusiawi yakni keterampilan yang menunjukkan kemampuan seorang manajer di dalam bekerja dengan orang lain secara efektif dan efisien;
(3) keterampilan konseptual yakni keterampilan yang berkenaan dengan cara kepala sekolah memandang sekolah, keterkaitan sekolah dengan struktur di atasnya dan dengan pranata-pranata kemasyarakatan, serta program kerja sekolah secara keseluruhan.
Perkembangan perpustakaan biasanya akan seiring dan sejalan dengan perkembangan masyarakat di sekitarnya. Maksudnya untuk masyarakat yang sudah lebih maju juga diikuti dan ditandai dengan keberadaan dan kemajuan perpustakaannya, terutama perpustakaan pada umumnya. Sementara bagi masyarakat yang sedang berkembang, biasanya belum memiliki perpustakaan yang representatif. Dengan kata lain, perpustakaan merupakan ukuran (barometer) atas kemajuan masyarakat di sekitarnya. Hal serupa dapat saja dianalogkan dengan jenis perpustakaan yang lain. Perpustakaan selalumengalami perubahan, inovasi dan perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Perkembangan perpustakaan tersebut sangat bervariasi. Hal-hal seperti itu sekaligus merupakan salah satu ciri yang membedakan perpustakaan yang satu dengan yang lainnya. Perpustakaan sekolah untuk menunjang proses belajar-mengajar peserta didik dan guru.[1]
Dalam membantu siswa untuk menghasilkan karya yang bermutu, perpustakaan tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan sekolah, terutama melalui kebijakan pimpinan (kepala sekolah), akan memperlancar tugas/kebijakan yang akan dijalankan oleh pengelola perpustakaan sekolah. Tugas perpustakaan dalam memajukan masyarakat sekolah melalui ilmu pengetahuan dan informasi harus diwujudkan secara efektif dan efisien. Masyarakat sekolah yang menjadi sasaran perpustakaan, mulai dari pihak manajemen sekolah, guru, siswa, pihak orang tua, dan segenap warga sekolah yang lain harus menjadi pintar dengan adanya perpustakaan sekolah. Khususnya siswa, yang menjadi obyek dari pada pembelajaran dan pengajaran, harus dikenalkan betapa pentingnya manfaat dari perpustakaan sekolah. Masyarakat sekolah yang sadar dengan kehadiran perpustakaan akan mewujudkan masyarakat yang gemar membaca/reading society.[2]
Jadi, sebuah perpustakaan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu:
a. Adanya kumpulan buku-buku dan bahan pustaka lainnya, baik dicetak, tertekam maupun dalam bentuk lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Koleksi tersebut ditata menurut suatu sistem tertentu, diolah/diproses meliputi registrsi dan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi, dan dilengkapi dengan perlengkapan koleksi.
c. Semua sumber informasi ditempatkan di gedung atau ruangan tersendiri, dan sebaiknya tidak disatukan dengan kantor  atau kegiatan yang lain.
d. Perpustakaan semestinya dikelola atau dijalankan oleh petugas-petugas, dengan persyaratan tetentu yang melayani pemakai, dengan sebaik-baiknya.
e. Ada masyarakat pemakai perpustakaan tersebut, baik untuk membaca, meminjam, meneliti, menggali, menimba, dan mengemangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perpustakaan, sehingga perpustakaan sering disebut semabagai gudang ilmu.
f. perpustakaan merupakan instuisi yang perlu bermitra dengan lembaga yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan pendidikan secara langsung dan tidak langsung, baik formal maupun nonformal.[3]
            Dari segala aktifitas yang menunjang keberhasilan sebuah perpustakkaan maka peran kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam perkembangannya. Sebab sebuah perpustakaan yang bagus pastilah juga merupakan sarana untuk menambah ilmu siswa. Sebab selain merupakan kumpulan buku-buku perpustakaan merupakan tempat bisa dikatakan sebagai “gudang ilmu”. Kegiatan di perpustakaan merupakan kegiatan yang positif sehingga bisa meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kendala yang menghambat berkembangannya budaya baca pada anak sekolah di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas adalah metode pengajaran, metode pemberian oujian dan hukuman, perpustakaan yang kurang memadai, dan gaya hidup remaja yang hidonis.[4]
Munculnya minat baca eseorang dipicu oleh berbagai faktor, sesuai karakter dan kondisi yang bersangkutan. Secara umum, dapat disebutkan di sini bahwa faktor-faktor tersebut adalah: rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan informasi. Faktor kedua adalah keadaan lingkungan fisik yang memadai, misalnya adanya bahan bacaan yang menarik, berkualitas, dan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka, selain faktor lingkungan sosial juga memiliki peran yang besar, misalnya lingkungan yang kondusif, seperti keluarga yang sejahtera, tenang dan memberi teladan yang baik, dapat memicu seseorang untuk memanfaatkan waktunya bersama buku. Selanjutnya, faktor keingintahuan akan informasi dan prinip bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani, merupakan pemicu yang tidak kalah penting.[5]
Meskipun sekolah merupakan tempat mencari ilmu baik lisan maupun tulisan, belum tentu murid mencarinya di dalam buku, atau melakukan kegiatan membaca untuk menimba ilmu. Kebiasaan ‘guru menjelaskan – murid mendengar’ sudah lama menjadi sistem dalam proses belajar-mengajar di Indonesia. Tradisi tersebut harus dihilangkan dan tradisi baca-tulis yang dikutip dari Rahardjo perlu dikembangkan dengan cara sebagai berikut:
  1. Menciptakan suasana untuk menumbuhkan ras cinta trhadap buku dan mengajarkan bagaimana memahami bacaan.
  2. Membuat perpustakaan sekolah sesuai dengan jenis dan kebutuhan sekolah, tertata rapi, terawat dan mudah ditemukan.
  3. Membaca bersama dan berbagi pengalaman.
  4. Melakukan aktivitas bersama guru dan pustakawan.[6]
Bagi perpustakaan, informasi menjadi subjek utama dokumentasi, maka semua yang dapat menghasilkan infomasi layak untuk didokumentasikan. Koleksi perpustakaan akhirnya juga akan berkembang dengan media lain selain media cetak. Perpustakaan anntinya dapat pula menghasilkan sendiri karya dokumentasi bai yang tertulis dan tercetak maupun terekam dalam berbagai media rekam lain.[7]


[1] Sunarto, Op. Cit., hal. 18.
[2] Teguh, Yudi, “Peran Perpustakaan Sekolah Dalam Mencetak Siswa Berprestasi”, (online) avaible: Google.com/download, diakses pada tanggal 24 Juni 2010.
[3] Sutarno, Op. Cit., hal. 12-13.
[4] Laksmi, Tinjauan Kultural Terhadap Kepustakaan, (Depok: CV. Sagung Seto, 2007), hal. 37.
[5] Ibid, hal. 38.
[6] Ibid, hal. 38-39.
[7] Sudarsono, Blasius, Antologi kepustakaan Indonesia, (Jakarta: Sagung seto, 2006), hal. 11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar