Rabu, 07 Juli 2010

Praktek Penelitian Pendidikan: bab II #A


BAB II
KINERJA KEPALA SEKOLAH

  1. Pengertian Kinerja Kepala Sekolah
Sebelum kita mengetahui apa saja kinerja kepala sekolah alangkah lebih baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian kepala sekolah. Sebagimana disebutkan dalam kamus besar bahasa Indonesia Kinerja adalah sesuatu yanng dicapai , prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja.[1] Kepala sekolah adalah orang yang menjadi pemimpin suatu sekolah, guru kepala.
Untuk men­dukung Stan­dar Nasional Pen­didikan kita menu­rut Per­me­ndik­nas terse­but sese­o­rang yang akan diangkat men­jadi kepala seko­lah wajib memenuhi stan­dar kepala seko­lah / madrasah yang berlaku nasional. Stan­dar Kepala Seko­lah dimak­sud adalah seba­gaimana ter­can­tum pada lam­pi­ran per­at­u­ran menteri dimak­sud, yang meliputi Stan­dar Kual­i­fikasi dan Stan­dar Kompetensi.
Ada­pun Stan­dar Kual­i­fikasi dimak­sud meliputi :
1) Kual­i­fikasi Umum :
(a)    Pen­didikan Min­i­mum Sar­jana (S-1) atau Diploma IV (dalam draft sem­ula diu­ta­makan S-2);
(b)   Beru­sia setinggi-tingginya 56 tahun saat diangkat seba­gai kepala sekolah;
(c)    Pen­gala­man men­ga­jar min­i­mal 5 tahun menu­rut jen­jang sekolahnya;
(d)   Pangkat min­i­mal III/c bagi PNS.
2) Kual­i­fikasi Khusus menyangkut :
(a)    Bersta­tus seba­gai guru sesuai jen­jang mana akan men­jadi kepala sekolah;
(b)   Mem­pun­yai ser­ti­fikat pen­didik seba­gai guru sesuai jenjangnya;
(c)    Mem­pun­yai ser­ti­fikat kepala seko­lah sesuai jen­jangnya yang diter­bitkan oleh lem­baga yang dite­tap­kan Pemerintah.
Berke­naan den­gan Stan­dar Kom­pe­tensi, sese­o­rang dapat diangkat seba­gai Kepala Seko­lah jika dia memi­liki kompetensi-kompetensi seba­gai berikut :
(a)    Kom­pe­tensi kepribadian;
(b)   Kom­pe­tensi Manajerial;
(c)    Kom­pe­tensi Kewirausahaan;
(d)   Kom­pe­tensi Supervisi;
(e)    Kom­pe­tensi Sosial.
Dil­i­hat dari per­spek­tif pen­ingkatan mutu input pen­didikan Per­men ini meru­pakan suatu kema­juan posi­tif dalam upaya men­cari dan mene­tap­kan figur pen­gelola seko­lah yang bermutu. Namun dalam rangka pro­fe­sion­al­isasi jabatan kepala seko­lah menuju ter­wu­jud­nya kepala seko­lah yang mampu mengem­ban dan mengem­bangkan tugas dan fungsinya ter­li­hat masih belum sepenuh­nya akan dapat diwujudkan.[2]
Produktivitas sekolah bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas unjuk kerja sebanyak-bbanyaknya, malinkan kualitas untuk kerja juga penting diperhatikan, seperti diungkapkan Laehan dan Wexley, mengatakan bahwa: ”.....performance appraisals are crucial to the efectivity management of an organization’s human resources, and the proper mangement of human resources is a critical variable afecting an organizarion’s productuvity”.
Untuk lebih memahami tentang kinerja tenaga kependidikan berikut disajikan beberapa pendapat menurut pengertian operasional.
1. Model Vroomian
Vroom mengemukakan bahwa “Performance = f (Ability x motivation)”. Menurut model  ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara kemampuan (ability) dan motivasi. Hubungan perkalian tersebut mengandung arti bahwa: jika seseorang rendah pada salah satu komponen makan prestasi kerjanya akan rendah pula.
2. Model Lawler dan Porter
Lawler dan porter (1976) mengemukakan bahwa: “Performance = Effort x Ability x Role Perception”. Effort adalah banyaknya energi yang dikeluarkan seseorang dalam situasi tertentu, abilities adalah karakteristik individu seperti inteligenci, keterampilan, sifat sebagai kekuatan potensial untuk berbuat dan melakukan sesuatu. Sedangkan role perception adalah kesesuaian antara usaha yang dilakukan seseorang dengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang seharusnya dikerjakan. Hal yang baru dalam model ini adalah “role perception”, sebgai jenis perilaku yang paling cocok dilakukan individu untuk mencapai sukses.
3. Model Ander  dan Butzin
Ander  dan Butzin (1982:149) mengajukan model kinerja sebagai berikut:
“future Performance= past performance + (motivation x Ability)”.jika semua teori tentang kinerja dikaji, maka di dalamnya melibatkan dua komponen utama yakni “Ability” dan “motivasi”. Perkalian antara ability dan motivasi menjadi sangat populer, sehingga banyak sekali dikutip oleh para ahli dalam membicarakan kinerja. Misalnya Mitchell (1987:33) mengadakan pengukuran terhadap kinerja berdasarkan sesuatu formula: “Performance = Ability x Motivation”.[3]
Di antara pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.[4]
Kepala Sekolah adalah seorang pemimpin yang merupakan organ yang seharusnya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku bawahannya. Dalam hal ini targetnya adalah para guru yang diharapkan dapat meningkatkan kerjanya setelah mendapat pengaruh dari atasannya. Agar proses mempengaruhi bisa berjalan lancar, maka pemimpin harus memperlakukan individu secara manusiawi. Manusia dalam melaksanakan kegiatannya senantiasa dipengaruhi oleh kepribadian yang berbeda-beda, misalnya sifat, sikap nilai-nilai, keinginan dan minat, untuk itu akan berpengaruh pada gaya kepemimpinannya juga pada kerjanya. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin melalui orang lain yaitu melalui perilaku yang diperlihatkan pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain, seperti dipersepsikan orang lain. Gaya bukanlah soal bagaimana pendapat pimpinan tentang perilaku mereka sendiri dalam memimpin tetapi bagaimana persepsi orang lain terutama bawannya tentang perilaku pimpinannya (Hersey dan Blanchard, 1992).
Melalui gaya kepemimpinan itulah seorang pemimpin akan mampu mentransfer beberapa nilai seperti penekanan pada kelompok, dukungan guru-guru maupun karyawan, toleransi terhadap resiko, kriteria pengubahan dan sebagainya pada lain sisi pegawai akan membentuk suatu persepsi subyektif mengenai dasar-dasar nilai yang ada dalam organisasi sesuai dengan nilai-nilai yang ingin disampaikan pimpinan melalui gaya kepemimpinannya.
Untuk menyesuaikan antara nilai-nilai, dibutuhkan suatu proses yang disebut sosialisasi, proses ini akan berhasil dengan baik jika pegawai baru akan merasa senang dengan lingkungan kerja yang ditempatinya. Tidak berbeda dengan guru maupun peserta didik pada suatu sekolah tentunya akan merasa senang dan proses belajar mengajar (PBM) akan berjalan baik. Kepala Sekolah mampu bertugas dan menjalankan fungsinya dengan baik pula. Dalam usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja karyawannya diperlukan seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan situasional, yaitu seorang pemimpin yang selain mempunyai kemampuan pribadi juga mampu membaca keadaan bawahannya serta lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini kematangan bawahan berkaitan langsung dengan kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan agar pemimpin memperoleh ketaatan atau pengaruh yang memadai. Untuk itu pemimpin harus mampu menciptakan suasana kerja yang didukung para bawahannya untuk selalu bertugas secara professional. Bukan menyalah gunakan untuk kepentingan pribadi, namun untuk mencapai tujuan individu dalam organisasi agar prestasi kerja bawahan dapat ditingkatkan dan tujuan organisasi dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien.
Pemimpin disuatu sekolah yang akhirnya disebut Kepala Sekolah, dalam konteks tugasnya kepala sekolah sangat berat karena harus mampu berperan ganda. Selain sebagai pemimpin tentunya mampu menjadi mitra kerja guru-guru dalam mengajar dan mendidik para peserta didiknya. Dan tentu setiap pemimpin mempunyai cara dan metode sendiri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.[5]
Kepala sekolah sangat berpengaruh di lingkungan kerja mereka terutama terhadap guru dan staf administrasi. Tugas utama kepala sekolah adalah mendorong para guru dan staf administrasi untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk menciptakan iklim sekolah yang kondusif.[6]
Sebagai seorang pemimpin dalam organisasi, baik pemerintah maupun swasta mempunyai tugas untuk mengatur dan menggerakkan sejumlah besar orang-orang yang mempunyai berbagai sikap, tingkah laku dan latar belakang yang berbeda-beda, untuk mecapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tugas pemimpin dalam bekerja yang semakin besar, termasuk tuntutan pemimpin untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan secara praktis, cepat dan tepat.[7]
Peran seorang pimpinan perpustakaan dalam melakukan serangkaian inovasi dan improvisasi program atau kegiatan perpustakaan sangatlah perlu dalam rangka meningkatka daya minat dan gairah masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan. Reforrmasi program dan layanan harus berkesinambungan ditunjang dengan pelatihan dan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam struktural organisasi maupun kinerja pegawai perpustakaan.[8]
Pada dasarnya maju atau mundurnya sebuah perpustakaan akan sangat ditentukan oleh manusia untuk mengabdikan dirinya kepada manusia yang mempunyai ide, gagasan, dan konsep yang brilian, cemerlang, dan mempunyai semangat untuk kemajuan organisasi. Oleh karena itu perpustakaan sebaiknya memiliki tenaga-tenaga ahli pemikir, perencana, dan pelaksana yang andal, bermental dan bermoral jujur, disiplin, mau berkurban dan bermotivasi bekerja. Sementara itu untuk pengawasan melekat (built in control) maupun pengawasan dari luas (pengawasan fungsional).[9]
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan pemimpin akan muncul jika ada sekelompok orang bekerja yang melakukan aktivitas bersama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan sese¬orang untuk mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan atau mengelola orang lain agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapai tujuan bersama (Gibson dalam Sudarmayanti, 2002: 272). Jadi dalam memimpin pasti terlibat kemampuan seseorang untuk mempengaruhi atau memotivasi orang lain/bawahannya agar mereka mau melaksanakan tugasnya dengan baik. Pengertian lain bahwa kepemimpinan merupakan suatu aktivitas untuk mempengaruhi perilaku atau seni mempengaruhi manusia baik perorangan maupun kelompok (Miftah Toha, 2004: 9).
Pengertian juga mengungkapkan bahwa pemimpin ditentukan oleh bakat dan kemampuan/kepandaian. Bakat yaitu sifat yang dibawa sejak lahir sedang kemampuan atau kepandaian yaitu suatu kemampuan yang dicapai karena belajar atau berlatih secara teori maupun praktek mengenai kepemimpinan untuk bertindak sebagai pemimpin. Di dalam prakteknya akan lebih baik apabila kedua hal tersebut ada pada diri seorang pemimpin, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan kemampuan untuk mengelola pekerjaan atau suatu organisasi. Kepemimpinan berkaitan dengan sebuah organisasi bahwa kepemimpinan sebagai pencerminan suatu kualitas organisasi sebagai sistem yang memiliki karakteristik. Konsep tersebut menjadi gambaran bahwa maju dan mundurnya suatu organisasi sangat tergantung dari pemimpin.
Lembaga pendidikan atau sekolah sebagai organisasi formal merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Dari komponen yang ada seorang pemimpin harus mengetahui dan memberdayakan bawahannya untuk mengerjakan tugas.
Sehubungan dengan jabatan sebagai kepala sekolah sebenarnya terdapat tiga peran yaitu: 1) Kepala Sekolah sebagai pemimpin sekolah, 2) Kepala Sekolah sebagai manajer dan 3) Kepala Sekolah sebagai administrator.
Kepala sekolah sebagai pemimpin yaitu mengarahkan, mempengaruhi, memberi pengertian atau sejenisnya kepada staf untuk bekerja mencapai tujuan. Sedang kepala sekolah sebagai manajer berkaitan dengan pengelolaan sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pelaporannya. Kepala sekolah sebagai adminsitrator berkaitan dengan jabatan dalam keorganisasian yaitu terkait dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab seperti halnya dikemukakan Wirawan (2002: 17) bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses bukan sesuatu yang terjadi seketika. Istilah proses dalam istilah kepemimpinan ini terdiri dari masukan, proses dan keluaran. Pemimpin mempunyai peranan sebagai subyek yang aktif, kreatif dalam menggerakkan orang baik sebagai individu maupun kelompok/organisasi dalam pencapaian tujuan/visi, secara efektif.
Kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran strategi dalam kerangka manajemen dan kepala sekolah merupakan salah satu faktor terpenting dalam menunjang keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Kepala sekolah adalah pengelola satuan pendidikan yang bertugas menghimpun, memanfaatkan, mengoptimalkan seluruh potensi dan SDM, sumber daya lingkungan (sarana dan prasarana) serta sumber dana yang ada untuk membina sekolah dan masyarakat sekolah yang dikelolanya.
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami kebera¬daan sekolah sebagai organiasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peran kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Kualitas kepemimpinan menurut Rodger D. Callons dalam Timpe (1993: 38-40) telah diidentifikasi sejumlah ciri-ciri pemimpin yang berhasil diantaranya adalah kelancaran berbicara, kemampuan untuk memecahkan masalah, kesadaran akan kebutuhan, keluwes¬an, kecerdasan, kesediaan menerima tanggung jawab, ketrampilan sosial dan kesadaran akan lingkungan.
Pemimpin sebagai suatu atribut yang terdiri dari 12 karakteristik yaitu : 1) fitalitas dan stamina fisik, 2) inteligensia, 3) kemampuan menerima tanggung jawab, 4) kompetensi penugasan, 5) mema¬hami kebutuhan orang lain, 6) terampil berurusan dengan orang lain, 7) ingin berhasil, 8) kemauan bermotivasi, 9) keberanian, keteguhan dan ketahanan pribadi, 10) kemampuan menenangkan perasaan, 11) kemampuan memanajemen, memutuskan dan menetapkan, 12) adaptasi dan fleksibilitas (Salusu, 1996: 210).
Berdasarkan beberapa sifat pemimpin di atas maka pemimpin merupakan orang pilihan yang mempunyai sifat-sifat unggul dibanding dengan lainnya dalam satu kelompok.
Di samping sifat, fungsi dan kualitas terdapat implikasi dari sifat-sifat, perilaku, pengetahuan, dan fungsi dalam pelaksanaan sehari-hari dengan cara atau gaya tersendiri agar berhasil sesuai dengan harapan. Terdapat 2 dua gaya yang digunakan oleh pemimpin yaitu gaya yang berorientasi pada tugas dan gaya yang berorientasi pada karyawan.
Gaya pemimpin yang berorientasi pada tugas yaitu mengarahkan dan mengawasi secara ketat bawahannya untuk memastikan bahwa tugas dijalankan dengan memuaskan. Gaya pemimpin yang berorientasi pada karyawan yaitu mencoba memotivasi karyawan bukan mengendalikan karyawan (Linkert dikutif oleh James AF Stoner, 1982: 120). Terdapat 8 tipe kepemimpinan yaitu 1) tipe kharismatik, 2) Tipe paternalistik dan maternalistis, 3) tipe meliteristis, 4) tipe otokratis, 5) tipe laissez faire, 6) tipe populastis, 7) tipe administratif atau eksekutif, 8) tipe demokratis. Berdasarkan pendapat Gary Yukl, 2002: 6, dijelaskan berbagai ukuran dari keberhasilan pencapaian tujuan yang disebabkan oleh kepemimpinan dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dengan demikian kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap hasil kerja atau produktivitas secara langsung maupun tidak langsung.[10]
Tidak semua kepala sekolah memiliki wawasan yang cukup memadai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekolah. Sempitnya wawasan tersebut terutama dalam kaitannya dengan berbagai masalah dan tantangan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam era globalisasi sekarang ini, dimana kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi terutama teknologi informasi berlangsung begitu cepat. Begitu cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menyulitkan sebagian kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya untuk meningktakan kualitas pendidikan di sekolah, yang mampu menghasilkan lulusan untuk dapat bersaing di era yang penuh ketidakpastian dan kesemrawutan global (chaos). Kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh faktor kepala sekolah yang kurang membaca buku, majalah dan jurnal, kurang mengikuti perkembangan, jarang melakukan diskusi ilmiah, dan jarang mengikuti seminar yang berhubungan dengan pendidikan dan profesinya.[11]
Keliru kalau ada ungkapan “Di dunia ini idak ada yang abadi”, karena perubahan merupakan sesuatu yang abadi dalam kehidupan.perubahan terjadi sepanjang hidup. Sekolah berkembang, artinya berubah menjadi lebih baik misalnya sekolah berubah kurang disiplin menjadi memiliki disiplin tinggi. Perubahan di sekolah selalu melibatkan banyak pihak, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua, dan masyrakat sekitar. Tugas kepala sekolah adalah menjadi agen perubahan (change agent) yang mendorong dan mengelola agar semua pihak termotivasi dan berperan aktif dalam perubahan tersebut.[12]
Dewasa ini, dunia kita ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat. Hal itu diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang komunikasi dan elektronika. Sejumlah besar informasi, hampir mengenai semua bidang kehidupan dari semua tempat. Semua aspek dan kegiatan telah terhimpun, terolah, tersimpan, dan tersebar. Secara terbuka, setiap saat informasi tersebut dapat diakses, dibaca, serta disaksikan oleh setiap orang, terutama melalui internet, media cetak, dan televisi.[13]
Manusia adlah makhluk hidup yang mempunyai citra “tidak pernah selesai”. Keberhasilan kemarin sekaligus menjadi perjuangan hari ini, sedang keberhasilan hari ini adalah perjuangan hari esok. Perjalanan hidup manusia mengisryaratkan adanya  perbuatan yang terus-menerus, sehingga filsafat “perubahan merupakan sesuatu yang kekal” menjadi karakteristik tetap kehidupan manusia dan makhluk lainnya (the only thing of permanent is change).[14]


[1] Kamus besar bahasa indonesia, Op. Cit., Hal. 570.
[2] Arsyad, Muhamad, “Mencermati Standar Kepala Sekolah”, (online) avaible: , http://sdn3karangmulya.com/2010/05/mencermati-standar-kepala-sekolah/, diakses pada tanggal 24 Juni 2010.
[3] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 135-137.
[4] Intanghina, “Profesionalisme Kepala Sekolah”, (online) avaible: http://perpusunpas.wordpress.com/2010/04/16/profesionalisme-kepala-sekolah/, diaskes pada tanggal 24 Juni 2010.
[6] Anonimus, “Hubungan Kinerja Kepala Sekolah Dengan Kepuasan Kerja Guru Di Sekolah”, (online) avaible:  http://www.anakciremai.com/2008/08/makalah-ilmu-pendidikan-tentang.html, diakses pada tanggal 24 Juni 2010.

[8] Ridwan, Deddy, “Kepemimpinan Kepala Kantor Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi Dalam Meningkatkan Mutu Layanan Perpustakaan (Studi Kasus di Perpustakaan Umum Kabupaten Tuban)”, (online) avaible): http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ASP/article/view/4653, diakses pada tanggal 24 Juni 2010.

[9] Sutarno, NS, Manajemen Perpustakaan Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), Hal. 164.
[10] Martono, Trisno, Op. Cit.,
[11] Mulyasa,E,  Op. Cit.,hal. 73-74.
[12] Mulyasa,E, Op. Cit., hal. 181.
[13] Syaodih, Sukmadinata, Nana, Ayi Novi Jami’at, dan Arham, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hal. 5.
[14] Komariah, Aan, dan Cepi Triatna, Visionary Leadership, (Bandung: Bumi Aksara, 2006),hal. 73.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar